Jakarta – Bursa kerja Jakarta Job Fair 2025 menjadi saksi bisu perjuangan para pencari kerja dari berbagai latar belakang. Di Hall B Gelanggang Mahasiswa Soemantri Brodjonegoro, Jakarta, mereka berbondong-bondong datang dengan harapan mengubah status pengangguran menjadi pekerja.

Di antara kerumunan pencari kerja, terlihat Chandra (60-an tahun) yang tampak lebih gugup dari yang lain. Ia mengaku hanya mengantar putrinya, Karissa (24 tahun), seorang lulusan Sastra Indonesia dari Universitas Indonesia. “Saya temani supaya dia enggak salah tujuan. Biar yakin pilihannya,” ujarnya sambil tersenyum kecil. Karissa sendiri baru lulus pada Februari lalu.

Tak lama kemudian, Karissa menghampiri ayahnya dengan wajah cerah. Ia baru saja melamar sebagai customer service di salah satu perusahaan. “Saya mau coba keliling lagi. Yang penting apply dulu, cocok atau enggak urusan nanti,” katanya. Ia tidak mempermasalahkan jika harus bekerja di luar bidang studinya. “Anggap saja batu loncatan, karena cari kerja susah apalagi jurusan sastra kaya saya, tidak banyak lowongan yang semua jurusan,” imbuhnya sebelum kembali mencari peluang lain.

Rani, seorang ibu rumah tangga paruh baya dari Pondok Gede, juga terlihat hadir untuk mendukung anaknya, Radin, seorang sarjana IT yang sudah menganggur selama setahun. “Ya namanya ibu, kasihan lihat anak enggak kerja-kerja. Saya ikut aja, siapa tahu dia butuh dukungan,” tuturnya. Rani menambahkan, meskipun berlatar belakang IT, Radin siap menerima pekerjaan apa saja, termasuk posisi admin. “Yang penting kerja. Sekarang cari kerja susah. Saya dulu tahun 1980-an lulus wisuda sebulan langsung kerja,” ujarnya.

Oktaviani Putri Ramadhani (18 tahun), seorang lulusan SMA jurusan akuntansi, datang sendiri ke job fair dengan harapan baru setelah sebelumnya gagal dalam seleksi kerja. “Aku udah pernah dipanggil kerja, tapi gagal di psikotes. Sekarang coba apply lagi, hampir semua lowongan admin aku isi barcode-nya,” katanya. Meski masih muda, Oktaviani menyadari bahwa mencari pekerjaan bukanlah hal yang mudah. “Susah sih, tapi aku masih terus berusaha,” ujarnya dengan semangat.

Devi (24 tahun), yang sebelumnya berprofesi sebagai guru, kini mencari pekerjaan dengan gaji tetap. “Dulu sempat jadi guru. Sekarang sih admin atau resepsionis juga enggak papa. Yang penting ada penghasilan,” ujarnya. Ia mengaku sudah melamar ke banyak tempat, namun belum mendapat panggilan.

Eka Cipta (27 tahun), seorang lulusan sarjana yang pernah bekerja di Shopee, sudah dua bulan menganggur sejak mengundurkan diri pada Mei lalu. “Tadi aku udah apply posisi social media specialist. Tapi emang cari kerja sekarang tuh jauh lebih susah,” katanya. Eka berpendapat bahwa mencari pekerjaan justru lebih mudah saat pandemi. “Sekarang banyak yang ghosting. Interview udah, dokumen udah, tapi enggak ada kabar. Saya juga pernah ditawarin kerja tapi lokasinya jauh banget. Akhirnya ya enggak jadi,” ungkapnya. Ia berharap perusahaan dapat lebih terbuka terhadap pelamar yang masih baru namun memiliki semangat dan kemauan belajar.

Jakarta Job Fair 2025 yang diselenggarakan oleh Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Energi (Disnakertrans) Jakarta Selatan pada 16-17 Juli, bertempat di dua lokasi, yaitu GOR Pasar Minggu dan Hall B Multifungsi GOR Soemantri Brodjonegoro. Sekitar 40 perusahaan dari berbagai sektor industri berpartisipasi dalam acara ini, menawarkan lowongan di berbagai bidang seperti admin, customer service, marketing, hingga sales project.

Namun, tidak semua pengunjung dapat langsung berinteraksi dengan perekrut. Sebagian besar proses aplikasi dilakukan secara online dengan memindai barcode atau mengisi formulir. Setelah itu, mereka hanya bisa menunggu panggilan, notifikasi, atau email balasan.

Meskipun demikian, semangat para pencari kerja tidak surut. Mereka tetap antre, menyesuaikan CV, dan terus mencoba meskipun pernah gagal atau di-ghosting oleh HRD. Di luar hall, beberapa orang terlihat duduk di tangga sambil mengecek email atau daftar perusahaan yang belum dikunjungi.

Tidak semua orang berhasil mendapatkan pekerjaan pada hari itu. Namun, mereka semua membawa pulang semangat untuk terus mencoba. Sebagian dari mereka juga mendapatkan dukungan dan doa dari orang tua yang mendampingi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *