Jakarta – Ketumbar, tanaman herbal yang kerap digunakan dalam masakan Indonesia, ternyata menyimpan sejumlah manfaat kesehatan yang mengejutkan. Meskipun sebagian orang menyukai cita rasanya, sebagian lainnya justru membencinya karena faktor genetik.

Brooke Baevsky, seorang koki pribadi dan CEO In the Kitchen with Chef Bae, menjelaskan bahwa sekitar 4 hingga 14 persen populasi di Amerika Serikat memiliki variasi genetik yang membuat ketumbar terasa seperti sabun. “Bagi yang lain, daun hijau ini terasa seperti herba segar,” ujarnya kepada marthastewart.com.

Namun, terlepas dari preferensi rasa, konsumsi daun ketumbar dapat memberikan dampak positif bagi kesehatan. Dilansir dari Independent, ketumbar dapat membantu mengurangi peradangan yang menjadi penyebab berbagai penyakit seperti autoimun, neurodegeneratif, gastrointestinal, jantung, hingga kanker.

Cleveland Clinic mencatat bahwa penyakit inflamasi menjadi penyebab lebih dari separuh kematian di dunia.

Para peneliti juga menemukan bahwa ketumbar kaya akan vitamin C dan senyawa antioksidan. Dalam sebuah studi tahun 2023, para peneliti Italia menyatakan bahwa ekstrak ketumbar memiliki bioaktivitas yang berpotensi melawan obesitas, sindrom metabolik, dan diabetes.

Ketumbar juga efektif dalam melawan gula darah tinggi, yang merupakan salah satu pemicu peradangan. University of Utah menjelaskan bahwa diabetes tipe 2 dan peradangan saling terkait erat, di mana masing-masing kondisi dapat memperburuk kondisi lainnya.

Selain manfaatnya bagi kesehatan fisik, penelitian lain menunjukkan bahwa daun ketumbar dapat menunda kejang epilepsi. Dr. Geoff Abbott, seorang profesor di U.C. Irvine, mengungkapkan bahwa komponen daun ketumbar yang disebut dodecenal dapat mengurangi eksitabilitas seluler.

“Penemuan spesifik ini penting karena dapat mengarah pada penggunaan daun ketumbar yang lebih efektif sebagai antikonvulsan, atau modifikasi dodecenal untuk mengembangkan obat antikonvulsan yang lebih aman dan efektif,” jelas Dr. Abbott.

Tak hanya itu, ketumbar juga berpotensi memberikan efek positif bagi kesehatan mental. Sebuah studi pada hewan menunjukkan bahwa ketumbar mungkin sama efektifnya dengan Valium dalam mengurangi gejala kecemasan. Meskipun demikian, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami bagaimana hal itu dapat terjadi pada manusia.

Sebagai informasi tambahan, ketumbar telah dikonsumsi selama ribuan tahun dan ditemukan di makam Raja Mesir Tutankhamun. University of Wisconsin mencatat bahwa ketumbar digunakan dalam ramuan Tiongkok kuno yang diyakini dapat memberikan keabadian.

Meskipun tidak membuat abadi, Dr. Abbott menambahkan bahwa daun ketumbar juga dilaporkan memiliki efek antibakteri. “Dan, bagian terbaiknya adalah rasanya enak!” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *