Militer Israel melancarkan serangan terhadap Rumah Sakit Nasser, fasilitas medis terbesar di Gaza Selatan, pada Minggu (23/3/2025) malam. Insiden ini menewaskan dua orang dan memicu kebakaran besar di gedung bedah rumah sakit tersebut.
Serangan itu menghantam gedung bedah Rumah Sakit Nasser di kota Khan Younis. Kejadian ini berlangsung hanya beberapa hari setelah rumah sakit tersebut dipenuhi korban tewas dan luka akibat serangan Israel di Gaza pada minggu sebelumnya.
Korban tewas dalam serangan Minggu malam adalah seorang remaja 16 tahun yang baru menjalani operasi dua hari sebelumnya. Korban lainnya adalah Ismail Barhoum, anggota biro politik Hamas yang sedang menjalani perawatan di rumah sakit.
Militer Israel mengonfirmasi serangan tersebut, menyatakan bahwa targetnya adalah seorang militan Hamas yang beroperasi di sana. Israel menuding Hamas bertanggung jawab atas kematian warga sipil karena beroperasi di area padat penduduk.
Seperti fasilitas medis lainnya di Gaza, Rumah Sakit Nasser telah berulang kali mengalami kerusakan akibat serangan Israel sepanjang perang.
Kementerian Kesehatan Gaza pada Minggu pagi melaporkan bahwa lebih dari 50.000 warga Palestina telah tewas dalam konflik ini. Militer Israel mengklaim telah melenyapkan puluhan militan sejak gencatan senjata berakhir pada Selasa lalu, dalam serangan yang menewaskan ratusan orang.
Sementara itu, ribuan warga Palestina menerima perintah dari militer Israel untuk meninggalkan lingkungan Tel al-Sultan yang hancur parah di Rafah. Mereka bergerak menuju Muwasi, sebuah area luas yang kini dipenuhi kamp-kamp tenda kumuh.
Perang telah menyebabkan mayoritas dari lebih dari 2 juta penduduk Gaza mengungsi di dalam wilayah tersebut.
“Ini adalah pengungsian di bawah tembakan,” ujar Mustafa Gaber, seorang jurnalis yang mengungsi bersama keluarganya, menggambarkan tembakan tank dan pesawat tak berawak yang terdengar di dekatnya.
“Peluru berjatuhan di antara kami dan beterbangan di atas kami,” kata Amal Nassar, pengungsi lainnya. “Orang-orang tua terlempar ke jalan. Seorang wanita tua bahkan berkata kepada putranya, ‘Pergi dan biarkan aku mati.'”
“Kami sudah cukup, kami kelelahan,” tambah Ayda Abu Shaer yang juga mengungsi, saat asap mengepul di kejauhan.
Layanan darurat Bulan Sabit Merah Palestina melaporkan kehilangan kontak dengan tim mereka yang beranggotakan 10 orang di Rafah. Juru bicara Nebal Farsakh menyebutkan adanya beberapa korban luka.
Militer Israel menyatakan pihaknya menembaki kendaraan mencurigakan yang mendekat dan kemudian menemukan bahwa beberapa di antaranya adalah ambulans dan truk pemadam kebakaran.