Setiap anak memiliki kemampuan dan cara belajar yang unik. Memahami gaya belajar mereka menjadi salah satu strategi penting untuk memaksimalkan potensi yang dimiliki anak.
Theresa Bertuzzi, Kepala Pengembangan Program sekaligus salah satu Pendiri Tiny Hoppers, sebuah lembaga pendidikan di Kanada, menjelaskan bahwa gaya belajar mengacu pada cara anak memproses dan mengingat informasi baru dengan efektif. “Gaya belajar terkait dengan indra kita dan cara kita berinteraksi dengan materi untuk memahami dan mengingat informasi,” kata Bertuzzi.
Berikut adalah beberapa gaya belajar anak yang perlu dipahami orang tua:
1. Auditori (Mendengar)
Anak dengan gaya belajar auditori mudah mengikuti arahan lisan dan menyukai cerita. Saat membaca, mereka cenderung mengucapkan kata-kata dengan suara keras. Pembelajar tipe ini dapat menangkap perubahan halus dalam nada suara orang lain, sering kali memiliki kepekaan ritme atau nada yang baik, dan menunjukkan minat pada musik sejak usia muda.
2. Kinestetik
Pembelajar kinestetik lebih suka belajar melalui tindakan dan gerakan. Mereka lebih memilih praktik langsung, misalnya untuk gerakan tari, daripada hanya diberi tahu. Anak-anak ini menggunakan kelima indra mereka dan sering terlihat bergerak untuk merasakan pengalaman langsung. Mereka unggul dalam aktivitas motorik kasar seperti olahraga dan menari, namun duduk diam di kelas bisa menjadi tantangan bagi mereka.
3. Taktil
Pembelajar taktil belajar optimal dengan menangani objek dan materi. Artinya, mereka perlu menyentuh untuk memahami dan lebih suka memindahkan atau menggambar sesuatu agar informasi lebih mudah dicerna. Anak-anak ini mungkin mengalami kesulitan mendengarkan di sekolah jika tidak ada objek yang dapat disentuh. Pembelajar taktil lebih suka berkreasi menggunakan tangan, terlibat dalam eksperimen sains, membuat kerajinan, menenun, dan memotong.
4. Visual
Pembelajar visual paling nyaman belajar melalui penglihatan dan membaca. Petunjuk tertulis atau gambar visual sangat mendukung pembelajaran mereka, dan instruksi video dapat sangat membantu. Mereka bisa mudah melupakan instruksi lisan tanpa isyarat visual atau pengingat. Anak-anak ini cenderung pandai memvisualisasikan informasi atau konsep. Pembelajar visual sering mencatat, menulis ulang kata-kata, menggarisbawahi, dan menggunakan warna berbeda untuk membantu pemahaman.