Pola asuh gentle parenting berfokus pada pembentukan anak yang percaya diri, mandiri, dan bahagia. Pendekatan lembut ini didasarkan pada empati, rasa hormat, pengertian, serta penetapan batasan yang sehat.
Manfaat utamanya mencakup peningkatan hubungan antara orangtua dan anak. Pola pengasuhan ini mengutamakan ikatan emosional atau bonding yang kuat.
Selain itu, anak-anak yang diasuh dengan gentle parenting cenderung tumbuh menjadi pribadi yang berempati.
Untuk mencapai keberhasilan dalam menerapkan gentle parenting, orang tua dapat mengikuti beberapa tips berikut:
1. Tetap Tenang dan Positif
Orang tua diharapkan selalu menjaga ketenangan dan bersikap positif. Sebuah penelitian berjudul “Catching Kids Being Good: A Practical Guide to Positive Behavioral Interventions and Supports” menunjukkan, memuji anak empat kali lebih banyak dari umpan balik negatif dapat mendorong perubahan perilaku positif.
“Meski dalam situasi saat Anda mungkin berdebat dengan seseorang, cobalah untuk tetap tenang,” ujar dokter anak Karen Estrella, MD. “Dengan begitu, anak akan menyadari bahwa bersikap tenang lebih baik daripada berteriak atau menjerit.”
2. Rencanakan Reaksi untuk Perilaku Negatif
Sangat penting untuk merencanakan cara bereaksi terhadap situasi sebelum hal tersebut terjadi. Ini membantu orang tua menghindari sikap reaktif saat momen itu tiba.
Contohnya, saat mengajak anak berbelanja kebutuhan sehari-hari. Pikirkan respons yang akan diberikan jika anak marah karena tidak dibelikan mainan atau camilan.
Memiliki rencana yang sudah disiapkan memungkinkan orang tua untuk mengambil langkah mundur, lalu menanggapi situasi dengan tenang dan efisien.
3. Bekerja Sama sebagai Satu Tim
Ketika perilaku negatif muncul, ajukan pertanyaan reflektif kepada anak seperti, “Mengapa kamu merespons seperti ini?” atau “Apakah kamu tahu apa yang saya rasakan?” Pertanyaan ini membantu anak memahami perasaan orang tua.
Selanjutnya, orang tua dan anak dapat mendiskusikan jawaban atas pertanyaan tersebut serta konsekuensinya. Mereka juga bisa membahas apa yang menjadi pemicu bagi anak dan orang tua.
Pendekatan ini sangat berperan dalam membangun hubungan yang kuat dengan sang buah hati. Sebuah studi berjudul “Parent-Child Attachment Security and Depressive Symptoms in Early Adolescence: The Mediating Roles of Gratitude and Forgiveness” menunjukkan, saling pengertian dan pendekatan tim dalam mengasuh anak meningkatkan rasa keterikatan.
Rasa keterikatan yang lebih besar ini kemudian dikaitkan dengan penurunan gejala depresi, serta peningkatan rasa syukur dan kemampuan memaafkan di kemudian hari.