Jakarta – Ancaman serius bagi kesehatan masyarakat Indonesia masih datang dari Hepatitis, terutama Hepatitis B dan C yang berpotensi menyebabkan komplikasi sirosis dan kanker hati. Ironisnya, infeksi virus ini seringkali tidak menunjukkan gejala pada tahap awal.

Data dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menunjukkan angka yang mengkhawatirkan, dimana hingga Juli 2025, terdapat 6,7 juta warga Indonesia terinfeksi hepatitis B dan sekitar 2,5 juta terinfeksi hepatitis C. Sebagian besar dari jumlah tersebut belum terdiagnosis dan belum mendapatkan pengobatan yang memadai.

Ahli Hepatitis dan Penyakit Infeksi Saluran Pencernaan (PISP), Prof. Dr. dr. David Handojo Muljono, Sp.PD, menekankan pentingnya tindakan efektif untuk menekan laju penyebaran penyakit ini. “Penyakit hepatitis juga memberi dampak kerugian yang lain. Hepatitis diklaim memberi dampak buruk dan kerugian dari segi ekonomi seseorang,” kata dr. David dalam Webinar Temu Media Hari Hepatitis Sedunia ke-16 Kemenkes RI, Selasa (22 Juli 2025). Ia menambahkan, tanpa intervensi yang tepat, kasus hepatitis diperkirakan akan terus meningkat dan memberikan beban tambahan pada sistem kesehatan dan perekonomian negara.

Lebih lanjut, dr. David menjelaskan bahwa penularan hepatitis umumnya terjadi melalui dua cara utama, yaitu fekal-oral dan kontak darah. Penularan fekal-oral terjadi melalui konsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi virus hepatitis. Sementara itu, kontak darah dapat terjadi melalui penggunaan jarum suntik secara bergantian oleh penderita hepatitis. Selain itu, ibu hamil yang menderita hepatitis juga berpotensi menularkan virus tersebut kepada janinnya.

Meskipun beberapa jenis hepatitis seperti hepatitis A dan E bersifat akut dan dapat sembuh dengan sendirinya, hepatitis B dan C memiliki risiko berkembang menjadi kronis dan menyebabkan komplikasi serius.

Penyakit hepatitis dapat menimbulkan dampak yang signifikan pada berbagai aspek kehidupan, antara lain:

Manifestasi penyakit: Hepatitis kronis, sirosis (muntah darah, asites, kegagalan hati, koma), kanker hati, kematian.
Lingkungan sekitar: Risiko penularan, beban keluarga, dan masyarakat.
Pekerjaan: Pekerjaan terganggu, prestasi kerja turun, karir hilang.
Kehidupan sosial: Stigma (tersingkir dari lingkungan, pekerjaan).
* Psikologis: Depresi, hilang percaya diri, kemunduran semangat kerja dan merasa tak berguna.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *