Jakarta – Terapi stem cell atau sel punca menjadi sorotan utama dalam dunia kedokteran modern. Metode pengobatan yang menjanjikan ini diyakini mampu mengatasi berbagai penyakit yang sebelumnya sulit disembuhkan, seperti leukemia, kardiovaskular, diabetes, kanker, hingga stroke.
Direktur PT Prodia StemCell Indonesia (ProStem), Dr. Cynthia Retna Sartika, menjelaskan bahwa stem cell memiliki kemampuan unik untuk memperbanyak diri dan berubah menjadi berbagai jenis sel yang dibutuhkan tubuh. Sel punca ini menjadi satu-satunya sel dalam darah yang mampu meregenerasi tipe sel baru.
“Stem cell atau sel punca ini telah banyak memberikan manfaat bagi kesehatan,” ujar Dr. Cynthia dalam acara Prodia Meet the Press Vol.VI di Jakarta Pusat, Senin (14/7/2025). Ia menambahkan, dalam penerapannya, terapi sel punca dapat dilakukan melalui dua pendekatan utama, yaitu autologous (menggunakan sel dari tubuh pasien sendiri) dan allogeneic (menggunakan sel dari donor).
Menurut Dr. Cynthia, pendekatan autologous lebih aman dari sisi imunologis karena berasal dari jaringan pasien sendiri, sehingga risiko penolakan sangat kecil. Namun, kualitas dan jumlah sel seringkali terbatas, terutama pada pasien usia lanjut atau dengan kondisi kesehatan tertentu.
Sementara itu, pendekatan allogeneic memungkinkan penggunaan sel dari donor sehat dengan kualitas yang lebih stabil dan konsisten. Lama proses terapi stem cell bervariasi, tergantung pada jenis prosedur dan kondisi pasien.
“Secara umum, kebanyakan pasien membutuhkan setidaknya 2 hingga 3 kali suntikan yang diberikan dalam jangka waktu beberapa minggu atau bulan,” jelasnya.
Interval waktu penyuntikan juga bervariasi, bergantung pada hasil pemeriksaan dokter serta kondisi medis pasien. Jumlah sel punca yang disuntikkan dalam satu kali dosis berkisar antara 1 hingga 100 juta sel punca. Jumlah ini bervariasi tergantung pada jenis sel punca yang digunakan dan area yang akan diobati. Terapi stem cell dapat digunakan pada beberapa kondisi seperti penyakit kronis, penyakit degeneratif, dan penyakit autoimun.
Proses kerja stem cell dilakukan melalui injeksi ke area tubuh pasien yang rusak atau mengalami inflamasi. Kemudian, sel punca akan mensekresi zat molekul bioaktif yang berfungsi sebagai sinyal bagi sel-sel lain untuk berdiferensiasi dan proliferasi.
Terkait biaya, Dr. Cynthia mengungkapkan bahwa biaya terapi stem cell dihitung per sel punca. “Rata-rata, harga satu sel punca berkisar antara Rp 1 juta sampai Rp 2 juta,” ungkapnya. Penyakit atau kondisi yang berbeda memerlukan jenis terapi stem cell yang berbeda pula, yang pada akhirnya mempengaruhi biaya.