Jakarta – Kasus leptospirosis di Yogyakarta mengalami peningkatan signifikan pada tahun ini, memicu kewaspadaan terhadap penyakit yang disebabkan oleh bakteri dari urine tikus ini. Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta mencatat hingga 8 Juli 2025, terdapat 19 kasus leptospirosis dengan enam pasien meninggal dunia.

Kepala Bidang Pencegahan, Pengendalian Penyakit, Pengelolaan Data dan Sistem Informasi Dinkes Kota Yogyakarta Lana Unwanah mengungkapkan, angka kematian akibat leptospirosis mencapai 31 persen. “Yang cukup memprihatinkan, kematiannya cukup tinggi,” ujarnya seperti dikutip dari CNN Indonesia, Jumat (27/6/2025).

Leptospirosis menjadi perhatian khusus terutama di wilayah padat penduduk dan saat musim hujan. Bakteri Leptospira penyebab penyakit ini, hidup dalam tubuh tikus dan dapat menular ke manusia melalui urine hewan tersebut.

Bakteri ini menyebar melalui air atau lingkungan yang terkontaminasi urine tikus. Risiko infeksi meningkat pada manusia yang berkontak langsung dengan air banjir, genangan, atau benda-benda yang terpapar urine tikus.

RSUD Mampang Prapatan melalui unggahan di Instagram resminya menjelaskan, gejala leptospirosis dapat muncul dalam 2 hingga 30 hari setelah paparan, dengan rata-rata antara hari ke-7 hingga ke-10. Gejala yang muncul antara lain demam mendadak, sakit kepala, mata merah, mual dan muntah, nyeri otot (terutama di betis), diare, dan ruam kulit.

Dalam kasus yang parah, pasien dapat mengalami penyakit kuning (jaundice), gagal ginjal, hingga kematian jika tidak segera ditangani secara medis. RSUD Mampang Prapatan mengimbau masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan dan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

“Apabila mengalami gejala-gejala di atas setelah kontak dengan air yang mungkin terkontaminasi, segera datangi Puskesmas atau rumah sakit terdekat untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut,” tulis pihak RSUD Mampang Prapatan dalam unggahannya.

Langkah pencegahan sangat penting, terutama bagi masyarakat yang tinggal di kawasan dengan sanitasi buruk atau rawan banjir. Upaya pencegahan meliputi penggunaan sarung tangan dan sepatu boots saat membersihkan rumah, selokan, atau tempat yang berpotensi tercemar urine tikus.

Selain itu, masyarakat diimbau untuk mencuci tangan dengan sabun setelah beraktivitas, terutama setelah menyentuh genangan air atau lumpur. Membersihkan rumah secara rutin dan menghindari tumpukan sampah atau makanan yang dapat mengundang tikus juga merupakan langkah penting. Jika mengalami gejala yang mencurigakan, segera periksakan diri ke fasilitas kesehatan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *