Shanghai – Seorang wanita lanjut usia (lansia) di Shanghai menjadi sorotan publik setelah dilaporkan menghabiskan dana sebesar 2 juta yuan atau setara dengan Rp4,5 miliar untuk berbelanja daring. Kebiasaan tersebut memicu kekhawatiran tentang kesehatan mental pada lansia.

Wanita bernama Wang, 66 tahun, diketahui menyewa sebuah apartemen terpisah hanya untuk menyimpan barang-barang belanjaannya yang belum dibuka. Wang tinggal seorang diri di apartemennya yang terletak di Distrik Jiading, Shanghai.

Kebiasaan belanja daring Wang yang berlebihan telah berlangsung selama beberapa tahun terakhir. Akibatnya, rumahnya dipenuhi tumpukan barang yang belum dibuka. Kondisi ini menyebabkan tetangga mengeluhkan bau tidak sedap serta keberadaan lalat dan kecoak di sekitar apartemennya.

Wang mengakui bahwa dirinya kecanduan belanja daring dan merasa senang saat membelanjakan uang. Ia juga mengungkapkan alasan di balik kebiasaannya tersebut. “Beberapa tahun lalu saya menjual apartemen saya di pusat kota dan membeli rumah ini di Jiading yang lebih pinggiran. Orang-orang mungkin mengira saya punya banyak uang,” kata Wang seperti dilansir South China Morning Post, Selasa (15/7/2025).

Wang menjelaskan bahwa ia sengaja menghabiskan uangnya untuk membeli barang-barang agar kerabat dan teman-temannya tidak meminjam uang kepadanya. “Supaya tidak dimintai pinjaman, saya pilih habiskan uang saya dengan membeli barang-barang. Saat mereka melihat tumpukan barang di rumah saya, mereka akan merasa tidak enak hati untuk meminta pinjaman,” ujarnya.

Wang mengungkapkan bahwa ia sering berbelanja melalui sesi live streaming dan sebagian besar barang yang dibelinya adalah kosmetik, suplemen kesehatan, dan perhiasan emas. Tumpukan paket belanjaan tersebut kini memenuhi kamarnya hingga ke langit-langit, bahkan ia mengaku sudah tidak memiliki tempat tidur.

Tidak hanya itu, garasi bawah tanah miliknya juga sudah penuh dengan barang-barang. Beberapa bulan lalu, Wang memutuskan untuk menyewa sebuah apartemen tambahan khusus untuk menampung barang-barang tersebut.

Menurut seorang petugas komite perumahan, putri Wang tinggal di luar negeri dan keluarganya jarang menjenguk. Pihak komite telah menghubungi kerabat Wang dengan harapan mereka dapat membantunya menghentikan kebiasaan menimbun barang. Namun, upaya tersebut belum membuahkan hasil. Pada Mei tahun lalu, komite sempat membersihkan rumah Wang dengan izin darinya, tetapi kebiasaan menimbunnya tetap berlanjut.

Menanggapi kasus ini, seorang psikiater di Shanghai, Shi Yanfeng, mengatakan bahwa banyak pasien dengan gangguan menimbun (hoarding disorder) juga mengalami depresi dan kecemasan sosial. Sementara itu, Yan Feng dari Pusat Kesehatan Mental Shanghai menyebutkan bahwa mengobati gangguan menimbun adalah proses jangka panjang.

Fenomena ini pun menuai beragam komentar dari warganet di media sosial. “Akar masalahnya adalah kesepian,” tulis seorang warganet. Komentar lain menyatakan, “Anak muda harus lebih peduli pada orang tua mereka.”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *