Jakarta – Stigma negatif seringkali melekat pada individu yang pernah melakukan perselingkuhan. Namun, benarkah seseorang yang gemar berselingkuh tidak memiliki harapan untuk berubah?

Jawabannya, menurut para psikolog, tidaklah sesederhana itu. Mengutip Psych Central, Jumat (18/7/2025), perilaku selingkuh erat kaitannya dengan kondisi psikologis dan pola pikir seseorang. Meskipun perubahan tidaklah mudah, peluang untuk bertransformasi tetap ada.

Psikolog Linda Hatch menjelaskan bahwa perselingkuhan adalah perilaku kompleks yang tidak selalu didorong oleh ketertarikan fisik semata. “Banyak pelaku perselingkuhan justru memiliki pasangan yang menarik secara fisik,” ungkap Hatch.

Menurutnya, pelaku selingkuh mencari orang lain bukan karena “lebih baik,” melainkan untuk mengatasi rasa tidak aman dalam diri. Perselingkuhan memberikan sensasi positif sementara. “Alih-alih bertanya-tanya apakah dia cukup baik, tukang selingkuh merasa seperti jagoan,” imbuhnya. Dalam beberapa kasus, perselingkuhan juga menjadi cara untuk melampiaskan kebencian terhadap pasangan yang dianggap terlalu dominan.

Hatch menambahkan, sebagian pelaku selingkuh termotivasi oleh keinginan untuk mendapatkan validasi seksual. Mereka merasa harga diri mereka hanya terletak pada daya tarik fisik, sehingga terus mencari konfirmasi dari orang lain. Individu semacam ini rentan terhadap kecanduan menggoda dan mencari perhatian.

Data dari Journal of Marital and Family Therapy menunjukkan bahwa 57% pria dan 54% wanita mengaku pernah berselingkuh, 36% berselingkuh dengan rekan kerja, durasi rata-rata hubungan gelap adalah dua tahun, dan 74% pria serta 68% wanita bersedia selingkuh jika yakin tidak akan ketahuan.

Para psikolog sepakat bahwa pelaku selingkuh dapat berubah. Namun, perubahan ini membutuhkan waktu, komitmen, dan pendekatan psikologis yang tepat. Perselingkuhan seringkali menjadi pelarian dari luka batin, rasa takut, dan emosi negatif lainnya.

Perubahan hanya akan terjadi jika individu tersebut bersedia mengubah pola pikir, menghadapi ketidakamanan yang mendalam, dan meninggalkan perilaku yang memicu perselingkuhan. Hatch menekankan bahwa proses pemulihan tidak instan dan akan ada godaan serta tantangan. “Namun, dengan terapi yang tepat dan dukungan, perubahan itu sangat mungkin terjadi,” tegasnya. Seperti halnya pemulihan lainnya, dibutuhkan waktu dan perawatan untuk mengubah kebiasaan buruk yang telah dilakukan seumur hidup.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *