Jakarta – Di tengah gempuran gaya hidup konsumtif, seni menabung ala Jepang, Kakeibo, kembali dilirik sebagai solusi cerdas mengelola keuangan. Filosofi yang diperkenalkan sejak 1994 ini menawarkan metode pencatatan manual yang efektif meningkatkan kesadaran finansial.
Kakeibo, yang kembali dipopulerkan melalui buku Fumiko Chiba pada 2017, mengajak setiap individu untuk lebih reflektif terhadap kebiasaan belanjanya. Sebelum memutuskan membeli sesuatu, terdapat tujuh pertanyaan mendasar yang disarankan untuk direnungkan.
Pertama, “Bisakah saya hidup tanpa barang ini?”. Kedua, “Apakah saya mampu membelinya berdasarkan situasi keuangan saat ini?”. Ketiga, “Apakah saya akan benar-benar menggunakannya?”. Keempat, “Apakah saya punya tempat untuk itu?”. Kelima, “Bagaimana saya pertama kali menemukan barang ini?”. Keenam, “Bagaimana keadaan emosi saya hari ini?”. Ketujuh, “Bagaimana perasaan saya tentang membelinya?”.
Selain itu, Kakeibo juga menawarkan enam strategi menabung yang dinilai efektif dalam mengendalikan pengeluaran.
- Mencatat Seluruh Pemasukan: Setiap pemasukan di awal bulan dicatat secara manual.
- Prioritaskan Menabung: Dana untuk tabungan disisihkan sebelum mengalokasikan dana ke pos pengeluaran.
- Tunggu 24 Jam: Pembelian barang ditunda selama 24 jam untuk memastikan itu adalah kebutuhan, bukan keinginan sesaat.
- Cek Saldo Rekening: Saldo rekening dipantau secara berkala untuk mengontrol pengeluaran.
- Buat Pengingat di Dompet: Catatan “Apakah kamu BENAR-BENAR membutuhkan barang ini?” diselipkan di dompet.
- Transaksi Tunai: Penggunaan uang tunai untuk berbelanja dilakukan agar lebih sadar akan jumlah yang dikeluarkan.
Dalam praktiknya, Kakeibo membagi pos pengeluaran ke dalam empat kategori utama. Yaitu, Survival (kebutuhan pokok), Optional (kebutuhan sekunder), Culture (tambahan wawasan), dan Extra (pengeluaran lainnya). Diharapkan, dengan penerapan metode ini, masyarakat dapat lebih bijak dalam mengelola keuangan dan mencapai tujuan finansial yang telah ditetapkan.