Jakarta – Profesi petani kini kembali dilirik di tengah era digitalisasi dan e-commerce. Sektor pertanian yang dianggap kuno ini justru menjadi primadona seiring dengan meningkatnya kebutuhan pangan global dan ancaman krisis iklim yang menyebabkan kurangnya tenaga kerja muda.

World Economic Forum (WEF) dalam laporan Future of Jobs Report 2025 menyebutkan bahwa petani dan pekerja pertanian menjadi profesi dengan pertumbuhan tertinggi secara global hingga 2030. Sektor ini diproyeksikan membutuhkan tambahan 35 juta pekerja dalam lima tahun ke depan.

Presiden World Farmers’ Organisation, Arnold Puech Pays d’Alissac, dalam wawancara di Forum Ekonomi Dunia di Davos, Kamis (31/7/2025), mengingatkan bahwa dunia membutuhkan lebih banyak petani muda karena mayoritas petani saat ini sudah berusia lanjut. “Banyak petani akan segera pensiun. Ini membuka peluang besar bagi generasi muda,” ujarnya.

Peningkatan permintaan pangan global terus terjadi seiring dengan prediksi populasi dunia yang mencapai puncaknya di angka 10,3 miliar jiwa pada 2080-an. World Resources Institute memperkirakan bahwa dunia harus menutup food gap sebesar 56% pada 2050 agar dapat memberi makan seluruh populasi.

Namun, d’Alissac menekankan bahwa jalan menuju pertanian modern tidak selalu mudah bagi anak muda. Ia menyebutkan tiga hal penting agar profesi ini semakin menarik, yaitu pelatihan, akses lahan, dan pembiayaan yang terjangkau.

“Petani muda perlu pendampingan dan pelatihan. Mereka juga butuh akses terhadap lahan jangka panjang agar bisa berinvestasi, serta skema pembiayaan yang tidak memberatkan,” katanya.

WEF melalui inisiatif “100 Million Farmers” juga mendorong transisi ke pertanian berkelanjutan dan tangguh iklim yang fokus pada perbaikan kualitas tanah dan akses pembiayaan bagi petani kecil.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *