Jakarta – Fenomena kedekatan lokasi antara gerai Indomaret dan Alfamart, dua raksasa ritel waralaba di Indonesia, ternyata menyimpan strategi bisnis yang mendalam. Salah satunya adalah efisiensi biaya riset.
Kedua minimarket ini, Indomaret yang berdiri sejak 1988 dan Alfamart yang menyusul pada 1999, seolah menjadi pesaing abadi yang mudah ditemui di berbagai kota. Berikut adalah beberapa alasan yang mendasari strategi penempatan lokasi gerai mereka.
Salah satu alasan utama adalah untuk menarik pasar yang lebih luas. Kedua gerai menerapkan teori lokasi industri, atau Hotelling Theory, yang menjelaskan bahwa dua kegiatan ekonomi sejenis akan berdekatan untuk menguasai pasar seluas-luasnya. Teori ini berfokus pada pemilihan lokasi dengan pembagian keuntungan yang diasumsikan 50:50, bergantung pada preferensi konsumen.
Selain itu, Indomaret dan Alfamart juga mengusung keunggulan yang berbeda. Meskipun terlihat serupa, masing-masing gerai menawarkan daya tarik tersendiri, mulai dari harga yang lebih murah, kapasitas toko yang lebih besar, pelayanan yang lebih ramah, hingga kenyamanan suasana.
Dalam upaya membangun persepsi positif, karyawan di kedua minimarket berupaya memberikan pengalaman terbaik agar pelanggan kembali lagi. Masing-masing gerai akan menonjolkan keunggulannya untuk memikat hati pelanggan.
Namun, alasan yang tak kalah penting adalah penghematan biaya riset. Dengan membangun gerai di lokasi yang sudah terbukti potensial, perusahaan dapat memastikan bahwa pasar di area tersebut sudah lolos uji kelayakan bisnis. Hal ini menjadi strategi umum di kalangan usaha waralaba atau ritel minimarket.
Kedua minimarket ini juga menerapkan strategi five forces atau pendekatan porter’s five forces, sebuah metode untuk menganalisis dan mengidentifikasi kekuatan yang membentuk pola bisnis. Strategi ini mencakup:
- Competitive Rivalry, yaitu lingkungan bisnis dengan tingkat persaingan yang tinggi antar perusahaan. Persaingan ini mendorong inovasi agar produk tidak kalah saing.
- Power of Buyer, yaitu kemampuan konsumen untuk menawar harga produk. Konsumen akan membandingkan harga di Indomaret dan Alfamart sebelum memutuskan tempat berbelanja.
- Power of Supplier, yang dipengaruhi oleh produk dari supplier. Semakin sedikit supplier suatu produk, semakin tinggi ketergantungan perusahaan terhadap supplier tersebut.
- Threat of New Entry, yaitu sulitnya pendatang baru memasuki pasar karena hambatan seperti biaya masuk, regulasi, kondisi ekonomi, dan hak paten. Hal ini memengaruhi siapa yang lebih berkuasa di lokasi tersebut.
- Threat of Substitute Product, yaitu kekuatan yang datang dari produk pengganti yang memiliki fungsi serupa dengan produk perusahaan.
Dengan mempertimbangkan alasan-alasan bisnis tersebut, strategi penempatan lokasi yang berdekatan antara Indomaret dan Alfamart menjadi salah satu kunci kesuksesan mereka sebagai pemain besar di industri ritel Indonesia.