Jakarta – Merasa sering mengantuk meski sudah cukup tidur bisa jadi alarm bagi kesehatan Anda. Kondisi ini bisa menjadi indikasi awal penyakit diabetes yang perlu diwaspadai.
Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Endokrinologi Metabolik dan Diabetes Mayapada Hospital Jakarta Selatan, dr. Herry Nursetiyanto, Sp.PD-KEMD, FINASIM, menjelaskan bahwa rasa kantuk berlebihan merupakan salah satu gejala umum yang dialami oleh penderita diabetes, terutama ketika kadar gula darah mereka tidak stabil.
“Jika gula darah terlalu tinggi (hiperglikemia), tubuh akan mengeluarkan glukosa melalui urine (glikosuria), yang menyebabkan tubuh kehilangan banyak cairan, darah mengental, dan pasokan oksigen ke otak berkurang, sehingga tubuh terasa lelah dan mengantuk,” jelas Herry dalam keterangannya, Kamis (7/8/2025).
Herry menambahkan, sebaliknya, ketika gula darah terlalu rendah (hipoglikemia), otak akan kekurangan glukosa sebagai sumber energi, yang bahkan dapat mengganggu fungsi sel-sel saraf otak (neuroglikopenia). Gejala yang mungkin timbul antara lain gemetar, berkeringat, lapar, dan jantung berdebar.
“Jika gejala-gejala ini terjadi secara perlahan, terutama pada malam hari, dan tidak segera ditangani, dapat menyebabkan kelelahan berat, kebingungan, rasa kantuk yang berlebihan, hingga pingsan atau koma,” imbuhnya.
Lantas, bagaimana cara membedakan antara kantuk biasa dengan kantuk yang disebabkan oleh diabetes?
Menurut Herry, rasa kantuk berlebihan, bahkan setelah tidur yang cukup, dapat menjadi tanda awal diabetes. Kondisi ini harus diwaspadai, terutama jika ada riwayat keluarga dengan diabetes.
“Waspadai juga gejala-gejala lain seperti sering merasa haus, sering buang air kecil, mudah lapar, penglihatan kabur, penurunan berat badan yang drastis, kesulitan berkonsentrasi, hingga merasa lemas sepanjang hari,” ujarnya.
Dalam jangka panjang, diabetes yang tidak terkontrol dapat menyebabkan komplikasi yang merusak saraf-saraf otonom, yaitu sistem yang mengatur fungsi tubuh secara otomatis, seperti tekanan darah.
“Ketika fungsi ini terganggu, tekanan darah dapat turun secara tiba-tiba saat berdiri (hipotensi ortostatik). Akibatnya, aliran darah ke otak berkurang sementara dan memicu rasa pusing, lemas, dan mengantuk,” tambahnya.
Meskipun sering dianggap sepele, kantuk yang terus-menerus dapat berdampak besar bagi kesehatan. Selain mengganggu aktivitas sehari-hari, kondisi ini juga dapat menurunkan kualitas hidup, mulai dari hilangnya fokus hingga pola makan dan aktivitas fisik yang menjadi tidak teratur.
Banyak orang tidak menyadari bahwa kantuk yang terus-menerus dapat menjadi gejala awal prediabetes atau diabetes. Tanpa pemeriksaan dan perubahan gaya hidup, kondisi ini dapat berkembang menjadi diabetes, yang jika tidak dikontrol dengan baik akan menimbulkan berbagai komplikasi serius seperti luka yang sulit sembuh, gagal ginjal, stroke, serangan jantung, hingga kebutaan.
Namun, rasa kantuk akibat gangguan gula darah dapat dicegah dengan menerapkan pola makan seimbang, tidur yang cukup, pengelolaan gula darah, pengelolaan stres, dan rutin beraktivitas fisik. “Segera periksakan diri ke dokter untuk memastikan kemungkinan prediabetes atau diabetes, atau gangguan metabolik lainnya,” kata Dokter Herry.
Sebagai langkah antisipatif terhadap risiko diabetes, Mayapada Hospital menghadirkan Sugar Clinic sebagai pusat layanan kesehatan GRATIS bagi semua kalangan. Layanan ini membantu mendeteksi risiko prediabetes dan diabetes, memberikan manajemen menyeluruh, serta panduan gaya hidup guna menjaga metabolisme tetap sehat. Layanannya mencakup skrining berbasis AI, pemeriksaan gula darah (HbA1c dan kolesterol), serta konsultasi medis dan pendampingan gaya hidup sehat yang terintegrasi.
Layanan ini tersedia di beberapa unit Mayapada Hospital di Jakarta Selatan (Lebak Bulus dan Kuningan), Tangerang, Bandung, dan Surabaya. Pemesanan skrining dapat dilakukan melalui MyCare, termasuk jadwal konsultasi dengan dokter dan akses kegawatdaruratan melalui fitur Emergency Call.
MyCare menyediakan fitur Health Articles & Tips, berisi informasi dan tips seputar kesehatan tubuh, serta fitur Personal Health, yang terhubung dengan Health Access dan Google Fit, yang memantau langkah, kalori, detak jantung, hingga BMI.