Jakarta – Laporan terbaru Visual Capitalist pada Jumat (27/6/2025) mengungkap ironi harapan hidup di benua Afrika, di mana Nigeria mencatatkan angka terendah secara global, yaitu hanya 54,6 tahun. Meskipun demikian, benua ini juga menunjukkan tren peningkatan harapan hidup secara keseluruhan.

Angka harapan hidup merupakan indikator penting yang mencerminkan kesejahteraan dan kesehatan masyarakat. Indikator ini dihitung berdasarkan perkiraan rata-rata usia seseorang sejak lahir, dengan mempertimbangkan kondisi kesehatan dan angka kematian pada periode tertentu.

Selain Nigeria, negara-negara lain yang masuk dalam daftar 10 besar dengan harapan hidup terendah adalah Chad (55,2 tahun), Sudan Selatan (57,7 tahun), Republik Afrika Tengah (57,7 tahun), Lesotho (57,8 tahun), Somalia (59,0 tahun), Mali (60,7 tahun), Guinea (60,9 tahun), Benin (61,0 tahun), dan Burkina Faso (61,3 tahun).

Berbagai faktor kompleks menjadi penyebab utama rendahnya angka harapan hidup di negara-negara tersebut. Konflik politik yang berkepanjangan, minimnya akses ke layanan kesehatan dasar, penyakit menular, kemiskinan, dan infrastruktur kesehatan yang terbatas, saling terkait dan memperburuk situasi.

Terdapat perbedaan menarik dalam harapan hidup antara jenis kelamin. Hampir di semua negara dalam daftar, perempuan memiliki harapan hidup lebih tinggi dibandingkan laki-laki, kecuali di Guinea. Selisih terbesar tercatat di Mozambik, di mana perempuan hidup rata-rata 6,2 tahun lebih lama.

Namun, di tengah tantangan tersebut, ada secercah harapan. Secara keseluruhan, benua Afrika telah mengalami peningkatan harapan hidup dari 53,7 tahun pada tahun 2000 menjadi 63,8 tahun pada tahun 2023. Dengan potensi pertumbuhan ekonomi dan pembangunan infrastruktur, harapan hidup di Afrika diproyeksikan akan terus meningkat menjadi 66 tahun pada tahun 2035 dan lebih dari 68 tahun pada tahun 2050. Meskipun demikian, angka ini masih di bawah rata-rata global.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *