Jakarta – Obat-obatan yang selama ini dianggap sebagai senjata utama dalam melawan penyakit, ternyata menyimpan potensi efek samping yang tak bisa diabaikan. Hal ini diungkapkan oleh Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI), Prof. dr. Nafrialdi, Ph.D., Sp.PD, Sp.FK.

Menurut Prof. Nafrialdi, tidak ada obat yang sepenuhnya aman bagi semua orang, dalam segala situasi, dan sepanjang waktu. “Efek samping adalah bagian yang tak terpisahkan dari obat. Tugas kita adalah memaksimalkan manfaatnya dan meminimalkan risikonya,” ujarnya dalam keterangan pers yang diterima, Jumat (27/6/2025).

Dalam dunia medis, terdapat disiplin ilmu bernama farmakovigilans yang berfokus pada deteksi, penilaian, pemahaman, dan pencegahan efek samping obat. Prof. Nafrialdi menjelaskan, meskipun obat telah melalui serangkaian penelitian dan uji klinis yang ketat, risiko efek samping tetap ada karena jumlah peserta uji yang terbatas.

“Jika suatu obat menimbulkan efek samping yang membahayakan, tim farmakovigilans akan merekomendasikan kepada BPOM untuk menarik obat tersebut dari peredaran atau mengubah indikasi penggunaannya,” jelasnya.

Prof. Nafrialdi menambahkan, laporan efek samping obat dari Indonesia masih sangat rendah di tingkat Asia Tenggara. Indonesia berada di urutan kelima setelah Thailand, Singapura, Malaysia, dan Filipina. Padahal, data ini sangat penting untuk menjamin keamanan obat yang beredar.

Farmakovigilans menjadi sangat penting dalam program Tuberkulosis (TB). Pengobatan TB melibatkan kombinasi beberapa obat dalam jangka waktu yang panjang. Risiko efek samping pun meningkat, mulai dari gangguan hati hingga masalah lain yang dapat menyebabkan pasien berhenti mengonsumsi obat. Jika tidak ditangani dengan baik, hal ini dapat menghambat target Indonesia untuk mengakhiri epidemi TB pada tahun 2030.

Prof. Nafrialdi menekankan bahwa kegiatan farmakovigilans tidak dapat dilakukan sendiri. Dibutuhkan partisipasi dari semua pihak, termasuk tenaga kesehatan, industri farmasi, pemerintah, dan masyarakat. “Pelatihan yang berkelanjutan bagi tenaga kesehatan sangat penting, terutama agar laporan efek samping obat dapat dibuat dengan baik dan lengkap,” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *