Tangerang – Perceraian orang tua tak hanya memengaruhi psikologis anak secara umum, namun juga membentuk pandangan mereka terhadap hubungan romantis di masa depan. Psikolog anak dari Mykidz Clinic BSD, Kabupaten Tangerang, Gloria Siagian, M.Psi., menjelaskan bahwa pengalaman pahit perceraian dapat memengaruhi kepercayaan anak terhadap pernikahan dan cinta.

Gloria Siagian menjelaskan, anak-anak belajar tentang hubungan pertama kali dari orang tua mereka. “Dari hubungan orang tuanya, bisa jadi anak tidak percaya (dengan hubungan romantis), bisa jadi bucin, bisa jadi juga enggak percaya pada pernikahan,” tuturnya pada Jumat (27/6/2025).

Lebih lanjut, Gloria menjelaskan bahwa anak-anak yang menjadi “bucin” atau budak cinta seringkali haus akan afeksi, terutama pada anak perempuan yang mengalami fatherless akibat perceraian. Kebutuhan afeksi yang tak terpenuhi ini dapat membuat mereka mencari perhatian dari laki-laki saat dewasa.

Trauma perceraian juga dapat menyebabkan anak enggan menikah atau justru berulang kali menikah dan bercerai. Meskipun perceraian orang tua tak bisa dihindari, Gloria menegaskan bahwa anak-anak dapat dibantu untuk memproses pengalaman tersebut.

Gloria menyarankan agar orang tua yang memegang hak asuh anak menjelaskan alasan perceraian secara perlahan. “Paling tidak, ada proses diskusi. Ada proses orang tuanya menampung apa yang dirasakan anak. Ini membantu anak untuk memproses rasa kedukaan dan kehilangannya,” pungkasnya. Dengan demikian, dampak negatif perceraian pada anak dapat diminimalkan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *