Jakarta – Kabar baik bagi penyandang diabetes, studi terbaru di India menunjukkan bahwa konsumsi mangga dalam jumlah terkontrol justru dapat memberikan manfaat bagi kesehatan. Temuan ini sekaligus menepis anggapan bahwa buah manis ini harus dihindari oleh penderita diabetes.
Ahli diabetes dari Mumbai, India, Rahul Baxi, mengungkapkan bahwa pertanyaan tentang konsumsi mangga seringkali muncul saat musim panas tiba. “Mangga, dengan rasa manis yang khas dan pilihan varietasnya yang banyak, memang jadi ikon musim panas di India. Wajar saja kalau orang-orang ingin menikmatinya,” ujarnya seperti dilansir BBC News, Minggu (24/8/2025).
Namun, Baxi menjelaskan bahwa banyak kesalahpahaman terkait konsumsi mangga bagi penderita diabetes. Ada yang beranggapan mangga harus dihindari sepenuhnya, namun ada pula yang percaya bahwa makan mangga berlebihan dapat menyembuhkan diabetes. “Faktanya, banyak pasien kembali untuk pemeriksaan lanjutan setelah musim mangga, seringkali dengan kadar glukosa yang tinggi, dan terkadang, penyebabnya mungkin hanya karena terlalu banyak mengonsumsi buah kesayangan ini,” katanya.
Dua uji klinis terbaru di India memberikan pandangan baru tentang hal ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi mangga yang terkontrol sebagai pengganti karbohidrat (dalam bentuk roti) justru dapat meningkatkan gula darah dan kesehatan metabolisme pada penderita diabetes tipe 2.
Diabetes tipe 1 terjadi ketika pankreas memproduksi sedikit atau tidak menghasilkan insulin sama sekali. Sementara itu, pada diabetes tipe 2, tubuh menjadi resistan terhadap efek insulin. Federasi Diabetes Internasional (IDF) mencatat bahwa diabetes tipe 2 mencakup lebih dari 90% kasus global dan menjadi penyebab beban penyakit terbanyak kedelapan di dunia.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan ada 77 juta orang dewasa di India menderita diabetes tipe 2, dan hampir 25 juta orang menderita pradiabetes.
Sebuah studi percontohan yang akan dipublikasikan di European Journal of Clinical Nutrition melibatkan 95 partisipan. Hasilnya menunjukkan bahwa tiga varietas mangga populer asal India, yaitu Safeda, Dasheri, dan Langra, memicu respons glikemik yang mirip atau bahkan lebih rendah dibandingkan roti putih setelah dua jam uji glukosa.
Dr. Sugandha Kehar, penulis pertama studi tersebut, menjelaskan bahwa respon glikemik adalah ukuran seberapa cepat dan besar makanan menaikkan gula darah setelah dikonsumsi. “Mangga adalah buah yang sangat digemari dan dicemooh karena kemungkinan mengandung glukosa dan efek peningkatan berat badan,” jelasnya. “Studi-studi ini menunjukkan bahwa dalam diet yang dianjurkan, konsumsi mangga tidak merugikan kadar glukosa darah dan bahkan mungkin bermanfaat,” sambungnya.
Uji klinis acak selama delapan minggu di Fortis C-DOC Delhi, dengan dukungan pendanaan dari Dewan Penelitian Medis India, juga memperkuat temuan ini. Dari 35 peserta diabetes tipe 2 yang mengganti roti sarapan mereka dengan 250 gram mangga, terlihat perbaikan pada sejumlah indikator penting, seperti glukosa puasa, HbA1c, resistensi insulin, berat badan, lingkar pinggang, hingga kadar kolesterol baik (HDL).
Prof. Anoop Misra, penulis senior sekaligus pemimpin studi tersebut, menegaskan pentingnya moderasi dan pengawasan klinis. “Kami menunjukkan manfaat mengonsumsi mangga dalam dosis kecil sebagai pengganti karbohidrat (roti) saat sarapan dalam dua studi terperinci untuk pertama kalinya, sekaligus menepis semua spekulasi mengenai efek metabolik yang merugikan dari konsumsinya,” ujarnya. “Namun kuncinya adalah moderasi dan pengawasan klinis-ini bukan izin untuk pesta mangga tanpa batas,” lanjutnya.
Misra menjelaskan bahwa jika batas harian adalah 1.600 kalori, kalori dari mangga harus menjadi bagian dari total tersebut, bukan tambahan. “Satu buah mangga seberat 250 gram, kira-kira satu buah kecil, mengandung sekitar 180 kalori. Seperti dalam penelitian, Anda akan mengganti jumlah karbohidrat yang setara dengan mangga untuk mendapatkan hasil yang sama,” jelasnya.
Rahul Baxi juga menekankan hal yang sama kepada pasiennya. “Jika kadar glukosa terkontrol, saya mengizinkan dan bahkan membujuk pasien saya untuk menikmati mangga dalam jumlah terbatas, sekitar setengah porsi yang mengandung 15 gram karbohidrat, sekali atau dua kali sehari,” jelas Baxi. Ia menyarankan agar mangga dikonsumsi di antara waktu makan, bukan sebagai hidangan penutup, dan dipadukan dengan protein atau serat.