Pola asuh lembut atau gentle parenting kini semakin diminati banyak orang tua, menandai pergeseran dari metode tradisional yang cenderung keras. Pendekatan ini menekankan empati, rasa hormat, dan pengertian dalam membimbing anak. Aktris Nikita Willy menjadi salah satu figur publik yang secara terbuka menerapkan gentle parenting, menginspirasi banyak pengikutnya di media sosial.
Lalu, apa sebenarnya gentle parenting itu?
Berbeda dengan pola asuh tradisional yang kerap berfokus pada hukuman dan penghargaan, gentle parenting bertujuan untuk membesarkan anak-anak yang percaya diri, mandiri, dan bahagia. Metode ini memprioritaskan perkembangan anak yang sesuai usia melalui empati, rasa hormat, pengertian, serta penetapan batasan yang sehat.
Dokter anak Karen Estrella menyebutkan bahwa pola asuh ini dapat membawa dampak positif bagi masa depan anak. Alih-alih menghukum saat anak melakukan kesalahan, seperti memukul yang tidak seharusnya dilakukan, gentle parenting justru fokus pada peningkatan kesadaran diri anak dan pemahaman mereka terhadap perilakunya sendiri.
“Idenya adalah untuk menjadi seperti pelatih bagi anak daripada pemberi hukuman,” jelas dr. Estrella.
Pendekatan ini juga dikenal sebagai cara mengasuh anak tanpa melibatkan rasa malu, menyalahkan, atau hukuman. Gentle parenting berpusat pada kemitraan atau kerja sama, di mana orang tua dan anak sama-sama memiliki peran dalam pola asuh kolaboratif ini.
Seorang parenting coach, Danielle Sullivan, menjelaskan bahwa orang tua tidak memaksa anak berperilaku baik dengan menghukum atau mengendalikan. Sebaliknya, mereka menggunakan koneksi, komunikasi, dan metode demokratis untuk membuat keputusan bersama sebagai satu keluarga.
Empat elemen utama yang membentuk gentle parenting adalah empati, rasa hormat, pengertian, dan batasan. Sullivan menambahkan, “Gentle parenting mengajarkan anak bahwa mereka dapat aktif di dunia, menetapkan batasan mereka, memercayai kebutuhan mereka sendiri, dan menyuarakan pendapat mereka.”









