Jakarta – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memberikan tanggapan terkait pernyataan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada Senin (27/6/2025) yang mengaitkan penggunaan Tylenol dan vaksin dengan autisme. WHO menegaskan bahwa klaim tersebut tidak berdasar.
Trump sebelumnya menyatakan bahwa ibu hamil sebaiknya menghindari Tylenol karena diduga memiliki kaitan dengan autisme. Tylenol sendiri merupakan obat pereda nyeri yang umum diresepkan untuk ibu hamil dan mengandung asetaminofen atau parasetamol, yang dianggap sebagai bahan paling aman untuk dikonsumsi selama kehamilan.
Selain itu, Trump juga mendorong perubahan signifikan pada vaksin standar yang diberikan kepada bayi, serta menyuarakan dukungan terhadap gerakan anti-vaksin. Ia juga menimbulkan keraguan terhadap vaksin standar, termasuk vaksin MMR (campak, gondongan, dan rubela), serta mengisyaratkan akan mengakhiri penggunaan aluminium dalam vaksin, meskipun keamanannya telah dipelajari secara luas.
Menanggapi hal tersebut, Juru bicara WHO, Tarik Jasarevic, mengakui bahwa terdapat beberapa studi observasional yang menunjukkan kemungkinan hubungan antara paparan asetaminofen atau parasetamol sebelum lahir dengan autisme. Namun, ia menegaskan bahwa bukti yang ada masih belum konsisten. “Buktinya masih belum konsisten,” ujarnya kepada wartawan di Jenewa, Jumat (27/6/2025).
Jasarevic menambahkan bahwa sejumlah studi yang dilakukan setelah studi observasional tersebut tidak menemukan hubungan serupa. Ia juga menekankan bahwa jika hubungan antara asetaminofen dan autisme memang kuat, kemungkinan besar hubungan tersebut akan teramati secara konsisten di berbagai studi.
Lebih lanjut, Jasarevic memperingatkan agar tidak menarik kesimpulan terburu-buru mengenai peran asetaminofen dalam autisme. “Vaksin tidak menyebabkan autisme,” tegasnya.
Ia juga menjelaskan bahwa jadwal imunisasi anak yang dipandu oleh WHO telah diadopsi oleh seluruh negara dan telah menyelamatkan setidaknya 154 juta jiwa selama 50 tahun terakhir. Jadwal ini terus berkembang seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan kini melindungi anak-anak, remaja, dan orang dewasa dari 30 penyakit menular.
Namun, Jasarevic memperingatkan bahwa penundaan, gangguan, atau perubahan jadwal imunisasi tanpa tinjauan bukti dapat meningkatkan risiko infeksi secara signifikan, tidak hanya bagi anak-anak tetapi juga bagi masyarakat luas. “Setiap dosis yang terlewat meningkatkan kemungkinan tertular penyakit menular yang mengancam jiwa,” imbuhnya.
Sebagai informasi, identifikasi akar autisme, kondisi kompleks yang berkaitan dengan perkembangan otak yang diyakini banyak ahli terjadi terutama karena faktor genetik, telah menjadi fokus utama Menteri Kesehatan Trump, Robert F. Kennedy Jr., yang telah menyebarkan klaim bahwa vaksin menyebabkan autisme selama beberapa dekade.