Jakarta – Frekuensi buang air kecil ternyata dapat menjadi salah satu indikator penting dalam menilai kesehatan ginjal. Proses vital penyaringan darah oleh ginjal tercermin dari seberapa sering seseorang buang air kecil.

Dr. Jamin Brahmbhatt, seorang ahli urologi di Orlando Health dan kontributor CNN, pada Jumat (27/6/2025) menjelaskan bahwa mayoritas orang sehat buang air kecil sekitar enam hingga delapan kali pada siang hari.

“Bagi kebanyakan orang, wajar saja jika mereka perlu buang air kecil setiap tiga hingga empat jam di siang hari,” ujar Brahmbhatt. Ia menambahkan, “Pada malam hari, idealnya, Anda hanya bangun untuk kencing sekali atau tidak sama sekali. Jika Anda terbangun lebih dari itu, bisa jadi ada yang tidak beres.”

Namun, Brahmbhatt juga menekankan bahwa frekuensi buang air kecil yang normal dapat bervariasi. Beberapa orang mungkin buang air kecil hingga 10 kali sehari, terutama jika mereka mengonsumsi banyak cairan.

Dr. David Shusterman, seorang ahli urologi bersertifikat di NY Urology di New York City, menjelaskan bahwa minuman seperti alkohol, teh, dan kopi dapat memicu buang air kecil lebih sering karena efek diuretik dan iritasi pada kandung kemih.

“Sejujurnya, setiap orang sedikit berbeda, jadi tidak ada angka pasti yang cocok untuk semua orang,” kata Brahmbhatt. Ia menyarankan untuk memeriksakan diri jika terjadi perubahan signifikan dalam frekuensi buang air kecil, terutama jika hal itu mengganggu kualitas hidup. “Jika cuaca panas dan Anda banyak berkeringat, Anda mungkin akan lebih jarang buang air kecil. Yang penting adalah mengetahui apa yang normal bagi Anda. Jika Anda tiba-tiba lebih sering pergi ke kamar mandi – atau lebih jarang – mungkin ada baiknya Anda memeriksakan diri, terutama jika hal itu mengganggu kualitas hidup Anda,” jelasnya.

Brahmbhatt juga menyebutkan bahwa buang air kecil berlebihan yang tidak disebabkan oleh konsumsi cairan berlebihan dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk sindrom kandung kemih yang terlalu aktif, diabetes, infeksi saluran kemih, atau efek samping obat-obatan diuretik.

Shusterman menambahkan bahwa kehamilan juga dapat meningkatkan frekuensi buang air kecil karena peningkatan konsumsi air dan metabolisme air.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *