Jakarta – Demam Labubu, boneka koleksi yang tengah digandrungi di berbagai negara, ternyata menyimpan strategi bisnis unik di balik kesuksesannya. Konsep blind box atau kotak misteri menjadi kunci utama popularitas mainan ini.

Strategi penjualan blind box ini memberikan sensasi kejutan dan kegembiraan bagi para kolektor. Mereka antusias membuka kotak untuk melihat versi Labubu yang didapatkan.

Antusiasme masyarakat terhadap boneka Labubu ini membuat Pop Mart, perusahaan yang berbasis di Beijing, menargetkan pendapatan sebesar 30 miliar yuan atau setara Rp 68 triliun pada tahun ini. Perusahaan ini berada di garis depan fenomena blind box. Penjualan Labubu dilakukan secara eksklusif dalam format blind box, mendorong konsumen untuk terus membeli demi mendapatkan boneka yang diinginkan.

Ruan Yue, seorang mahasiswi berusia 23 tahun, mengaku rela menghabiskan US$ 55 atau setara Rp 900 ribu per bulan untuk membeli blind box Labubu. Ia menikmati sensasi kejutan yang ditawarkan. “Saat Anda membuka kotaknya, entah itu versi yang Anda inginkan atau edisi terbatas, Anda akan sangat gembira. Dan itu adalah sesuatu yang mampu saya beli,” ungkap Yue. Saat ini, Ruan memiliki 150 Labubu dan boneka lainnya dari kemasan misteri.

Popularitas blind box, atau manghe dalam bahasa Mandarin, semakin meningkat di China selama pandemi. Pop Mart memanfaatkan situasi ini dengan menyiarkan langsung penjualan mainan secara daring dan melalui mesin penjual otomatis, di tengah ancaman karantina wilayah akibat Covid-19.

Strategi blind box ini kemudian banyak ditiru dan menjadi tren di berbagai sektor ekonomi di China. Bahkan, di kuil utama di Beijing, toko-toko suvenir menjual beragam blind box berisi hadiah yang jenisnya tidak diketahui pembeli.

Demam kotak misteri ini juga merambah ke sektor lain. Fliggy, platform layanan perjalanan milik Alibaba Group, menawarkan tiket pesawat blind box mulai dari US$ 64 atau setara Rp 1,1 juta untuk perjalanan pulang pergi ke Jepang. Wisatawan dapat memilih kota keberangkatan di China dan mendapatkan salah satu dari beberapa pilihan tanggal dan tujuan.

Peritel China, Miniso, yang terdaftar di Bursa Efek New York, juga menawarkan blind box berisi jam tangan, pita perekat, alat tulis, dan pulpen. Seorang staf ritel di Miniso mengatakan, rasa ingin tahu tentang isi kotak tersebut mendorong pelanggan untuk mencoba peruntungan dan terus membeli.

Namun, pemerintah China melalui media pemerintahnya telah memperingatkan masyarakat terhadap konsumsi irasional dan potensi kecanduan akibat blind box. Surat kabar resmi negara, mengutip para ahli, melaporkan bahwa praktik ini merupakan jebakan komersial yang menargetkan kerentanan psikologis anak di bawah umur.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *