Jakarta – Kasus pembunuhan berantai yang terjadi di Hwaseong, Korea Selatan, akhirnya terpecahkan setelah 33 tahun menjadi misteri. Kerja keras pihak kepolisian membuahkan hasil dengan terungkapnya pelaku kejahatan yang sangat meresahkan tersebut.
Kasus ini bermula pada 1986, di mana 10 perempuan menjadi korban pembunuhan dan pemerkosaan dalam kurun waktu lima tahun. Seperti dikutip dari Korean Herald, aksi kejahatan ini dilakukan dengan sangat rapi, sehingga menyulitkan polisi untuk mengidentifikasi pelaku.
Pihak kepolisian telah mengerahkan berbagai tim dan mengumpulkan sampel seperti sidik jari, rambut, hingga sperma. Namun, keterbatasan teknologi penyelidikan saat itu membuat proses identifikasi terhambat. Ciri-ciri pelaku hanya digambarkan memiliki tinggi 168-170 cm, berusia 25 tahun, berperawakan kurus, dan bergolongan darah B.
Penyelidikan terus berlanjut tanpa hasil yang signifikan. Hingga pada 2019, identitas pelaku pembunuhan berantai Hwaseong, Lee Chun-jae, berhasil diungkap setelah 33 tahun. Identifikasi dilakukan melalui teknologi terbaru, yaitu pencocokan DNA dengan basis data kriminal.
Lee Chun-jae bukanlah sosok asing bagi aparat kepolisian. Ia telah menjalani hukuman penjara seumur hidup sejak 1994 atas kasus pemerkosaan dan pembunuhan saudara iparnya. Dalam penyelidikan ulang, terungkap bahwa Lee melakukan aksi bejatnya saat berusia 26 tahun atau pada 1986, setelah keluar dari wajib militer.
Aksi pembunuhan berlanjut hingga kasus ke-10 pada April 1991, kemudian berhenti. Lee menikah pada Juli 1991 dan menjadi seorang ayah. Namun, kebahagiaannya tidak berlangsung lama. Setelah istrinya meninggalkannya, Lee kembali melakukan kejahatan dengan memperkosa dan membunuh saudara iparnya pada 1994, yang membuatnya divonis penjara seumur hidup.
Analisis DNA saat penyelidikan Hwaseong dibuka kembali mengidentifikasi Lee sebagai pelaku utama. Ia mengakui 14 pembunuhan, termasuk kasus Hwaseong, serta sekitar 30 pemerkosaan dan percobaan pemerkosaan. Banyak dari pengakuannya yang kemudian diverifikasi oleh pihak berwenang. Investigasi menemukan DNA Lee pada bukti lima dari 14 pembunuhan. Untuk kasus lain, termasuk pembunuhan korban kedelapan, Lee memberikan detail spesifik yang hanya mungkin diketahui pelaku.
Penyelidikan ulang juga mengungkap kesalahan yang dilakukan kepolisian. Golongan darah Lee ternyata O, bukan B seperti hasil investigasi awal. Kesalahan analisis atau kontaminasi sampel inilah yang menyebabkan polisi gagal mengidentifikasinya lebih cepat.
Bahkan, Yoon Sung-yeo sempat salah tangkap dan harus mendekam selama 19,5 tahun di penjara atas kejahatan yang sebenarnya dilakukan oleh Lee. Pada titik ini, Lee dikeluarkan dari daftar tersangka.
Kepada CNN International, Lee mengaku heran mengapa ia tidak ditangkap sejak awal. “Saya merasa heran kenapa saya tidak tertangkap,” ujarnya. Ia menambahkan bahwa hal itu terjadi karena ia pandai menyembunyikan jejak, ditambah kegagalan polisi akibat keterbatasan teknologi penyelidikan kala itu.
Lee pun menyampaikan permintaan maaf. “Saya mendengar banyak orang diinvestigasi dan dinyatakan bersalah, padahal sebenarnya tidak. Soal ini saya ingin minta maaf kepada semua orang,” kata Lee.
Meskipun terbukti sebagai pelaku pembunuhan berantai Hwaseong, Lee tidak dapat diadili lagi karena kasus tersebut sudah kedaluwarsa pada 2006 menurut hukum Korea Selatan saat itu. Hingga kini, satu-satunya kasus yang membuatnya resmi dihukum adalah pembunuhan saudara iparnya pada 1994, yang membuatnya tetap dipenjara seumur hidup.











