Jakarta – Pergeseran pola makan masyarakat Asia ke arah diet ala Barat dan konsumsi alkohol, terutama soju, disinyalir menjadi penyebab utama melonjaknya kasus kanker usus besar (kolorektal) di Korea Selatan (Korsel). Negara tersebut kini mencatat tingkat kanker usus besar tertinggi di dunia.
Tim peneliti yang dipimpin Prof. Kang Dae-hee dari Seoul National University College of Medicine dan Prof. Shin Sang-ah dari Chung-Ang University menganalisis 82 studi kohort di Korea, Jepang, China, Taiwan, dan Singapura. Hasil analisis menunjukkan adanya korelasi yang kuat antara diet ala Barat dengan peningkatan risiko kanker usus besar.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, insiden kanker kolorektal di Asia Timur telah melonjak dua hingga empat kali lipat dalam 30 tahun terakhir.
“Perubahan pola makan menjadi tinggi lemak, tinggi kalori, dan kaya daging berkontribusi besar pada tren ini,” ujar para peneliti, seperti dikutip dari laporan Korea JoongAng Daily, Jumat (22/8/2025).
Analisis tersebut menunjukkan bahwa konsumsi daging secara umum meningkatkan risiko kanker usus besar hingga 18%. Konsumsi daging olahan seperti sosis dan ham juga meningkatkan risiko dengan tingkat yang sama.
Meskipun daging putih seperti ayam dan kalkun tidak terlalu terkait dengan kanker usus besar secara umum, konsumsi tinggi justru dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker rektal sebesar 40%. Faktor risiko lainnya adalah konsumsi alkohol.
Mereka yang mengkonsumsi lebih dari 30 gram alkohol per hari, setara dengan dua kaleng bir (750 ml), dua hingga tiga gelas anggur, atau setengah botol soju, memiliki risiko 64% lebih tinggi terkena kanker usus besar. Risiko ini konsisten baik untuk kanker kolon maupun rektal.
Sebaliknya, konsumsi kalsium dari produk susu atau ikan kecil seperti teri terbukti menurunkan risiko sebesar 7%. Hal ini disebabkan karena kalsium mengikat asam lemak dan asam empedu di usus, sehingga mengurangi efek karsinogen.
Pola makan sehat yang kaya sayuran, buah, biji-bijian utuh, dan protein rendah lemak, dapat menurunkan risiko kanker usus besar hingga 15%. Hal ini disebabkan oleh kandungan serat, antioksidan, dan senyawa bioaktif nabati yang melindungi sel tubuh.
Kang menjelaskan bahwa penelitian ini merupakan meta-analisis besar pertama yang fokus pada populasi Asia, setelah sebelumnya sebagian besar studi berbasis data masyarakat Barat. “Selama ini sulit langsung menerapkan hasil studi Barat ke Asia karena pola makan dan metode memasak berbeda,” jelasnya.
“Namun analisis ini menegaskan, mengurangi konsumsi alkohol dan daging olahan adalah strategi kunci untuk menekan kanker usus besar di Asia,” imbuhnya.
Para ahli menekankan bahwa kanker usus besar sangat bisa dicegah dengan gaya hidup sehat, seperti membatasi konsumsi daging olahan dan merah, menghindari alkohol berlebihan, rutin berolahraga, serta memperbanyak konsumsi sayur, buah, dan biji-bijian.