Jakarta – Generasi Z kini semakin selektif dalam memilih karier, dengan mengutamakan keseimbangan hidup di atas ambisi mengejar jabatan tinggi. Tren ini memunculkan konsep “career minimalism” yang menekankan pada stabilitas finansial dan pengembangan minat di luar pekerjaan utama.

Konsep career minimalism menjadi semakin populer di kalangan generasi Z. Mereka memandang pekerjaan sebagai salah satu aspek kehidupan, bukan sebagai identitas utama.

Alih-alih berfokus pada kenaikan jabatan, generasi Z lebih memilih untuk mencapai kestabilan finansial sambil mengejar hobi atau pekerjaan sampingan.

Career minimalism sendiri merupakan pendekatan karier yang tidak terpaku pada gelar, hierarki, atau jabatan tinggi. Generasi Z lebih memilih untuk berpindah peran atau perusahaan yang sesuai dengan nilai pribadi dan kebutuhan hidup mereka.

Survei Glassdoor menunjukkan bahwa preferensi ini semakin menguat di kalangan Gen Z, yang melihat pekerjaan sebagai sarana untuk mencapai stabilitas hidup.

Data Glassdoor juga mengungkapkan bahwa sekitar 68% Gen Z tidak tertarik menjadi manajer jika hanya mendapatkan gelar tanpa manfaat nyata, seperti peningkatan pendapatan yang signifikan.

Ketidakpuasan terhadap gaya kepemimpinan otoriter dan jam kerja yang ketat mendorong generasi ini untuk mencari lingkungan kerja yang lebih fleksibel dan menghargai keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi.

Sebagai alternatif untuk menambah pendapatan, banyak dari mereka yang memilih side hustle sebagai wadah ekspresi dan sumber penghasilan tambahan. Bagi Gen Z, pekerjaan sampingan bukan hanya sekadar cara untuk menambah penghasilan.

Berdasarkan data dari Harris Poll, sekitar 57% Gen Z memiliki side hustle. Mereka menggunakan pekerjaan sampingan untuk mengeksplorasi minat, memperluas jaringan, dan menjaga identitas personal yang mungkin tidak terpenuhi di pekerjaan utama.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *