Jakarta – Sebuah studi terbaru dari Harvard T.H. Chan School of Public Health mengungkap faktor-faktor biologis dan perilaku yang memengaruhi peluang pasangan memiliki anak dengan jenis kelamin yang sama. Penelitian ini menyoroti bahwa meskipun teori peluang 50:50 untuk memiliki anak laki-laki atau perempuan, data menunjukkan hasil yang berbeda.

Peneliti dari Harvard T.H. Chan School of Public Health menjelaskan bahwa teori tersebut berakar pada proses meiosis. “Saat sperma dihasilkan, kromosom X dan kromosom Y selalu diproduksi dalam jumlah yang sama,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Jumat (27/6/2025). Namun, penelitian ini menemukan adanya peran “bias biologi” dalam penentuan jenis kelamin anak.

Data yang dikumpulkan dari 58.007 wanita menunjukkan bahwa keluarga dengan semua anak perempuan atau laki-laki memiliki peluang yang lebih tinggi dari 50:50. Usia ibu saat hamil pertama menjadi salah satu faktor yang memengaruhi. Semakin tua usia ibu saat hamil pertama, semakin besar potensi memiliki anak dengan jenis kelamin yang sama.

Selain itu, ibu dengan tiga anak atau lebih memiliki peluang lebih besar untuk memiliki anak dengan jenis kelamin yang sama. Para peneliti juga menemukan varian genetik seperti CYP2UI, NSUN6, dan TSHZ1 yang terkait dengan kecenderungan memiliki anak laki-laki atau perempuan saja.

Faktor perilaku juga berperan, di mana beberapa pasangan terus mencoba memiliki anak dengan jenis kelamin tertentu. Peneliti mengatasi bias ini dengan perhitungan alternatif tanpa memperhitungkan anak terakhir dari tiap pasangan, dan menemukan kecenderungan yang serupa.

Meskipun demikian, tim peneliti mengakui adanya keterbatasan dalam riset ini, termasuk sampel yang kurang beragam karena mayoritas berasal dari pasangan kulit putih di Amerika Utara. Oleh karena itu, penelitian lebih lanjut dengan skala yang lebih luas diperlukan untuk mengonfirmasi temuan ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *