Jakarta – Lebih dari sekadar bumbu penyedap, humor ternyata memiliki peran krusial dalam menjaga keharmonisan hubungan asmara. Sejumlah riset membuktikan bahwa tawa bersama dapat mempererat ikatan emosional pasangan.
Banyak pasangan meyakini bahwa cinta, kepercayaan, dan komunikasi adalah pilar utama dalam hubungan yang langgeng. Namun, seringkali satu aspek penting terabaikan, yaitu humor. Penelitian menunjukkan bahwa berbagi tawa dan candaan bukan hanya sekadar hiburan, melainkan fondasi yang memperkuat keintiman dan kepuasan dalam hubungan jangka panjang.
Sebuah artikel di Psychology Today mengungkapkan bahwa frekuensi pasangan saling melempar lelucon tidak terlalu berpengaruh pada kualitas hubungan. Faktor penentu yang lebih signifikan adalah seberapa sering mereka tertawa bersama. Tawa yang tulus dapat memperkuat ikatan emosional dan menciptakan rasa kebersamaan yang lebih mendalam. Kualitas hubungan tidak ditentukan oleh siapa yang lebih sering bercanda, melainkan oleh bagaimana pasangan menikmati humor satu sama lain.
Studi yang dipublikasikan dalam jurnal Personal Relationships oleh psikolog dari University of North Carolina at Chapel Hill, seperti dikutip dari Glamour, menemukan bahwa pasangan yang sering tertawa bersama cenderung memiliki hubungan yang lebih berkualitas, dekat, dan saling mendukung. Dalam penelitian terhadap 71 pasangan yang rata-rata telah berpacaran selama empat tahun, semakin sering mereka tertawa bersama saat menceritakan kisah pertemuan pertama mereka, semakin tinggi pula tingkat kepuasan hubungan yang mereka laporkan. Temuan ini menggarisbawahi bahwa tawa yang sinkron tidak hanya menciptakan suasana yang lebih bahagia, tetapi juga berfungsi sebagai perekat emosional yang memperkuat keintiman dan rasa kebersamaan dalam hubungan.
Namun, tidak semua jenis humor memberikan dampak positif. Para ahli psikologi mengklasifikasikan humor menjadi beberapa gaya, di antaranya humor afiliasi (bercanda ringan yang melibatkan orang lain dan menciptakan keakraban), humor penguat diri (menggunakan humor untuk mempertahankan pandangan positif, bahkan dalam situasi sulit), humor agresif (bercanda dengan merendahkan orang lain), dan humor merugikan diri (menggunakan humor untuk meremehkan diri sendiri secara berlebihan). Dua gaya pertama terbukti meningkatkan kepuasan hubungan, sementara humor agresif dan merugikan diri justru terkait dengan konflik dan penurunan kualitas hubungan.