Bandung – Peraih Nobel Fisika, Profesor Konstantin Novoselov, mendorong Indonesia untuk berani berinovasi dari nol dan berinvestasi pada sumber daya manusia (SDM) sebagai kunci kemajuan teknologi. Hal itu disampaikan Novoselov dalam Konvensi Sains, Teknologi, dan Industri Indonesia (KSTI) 2025 di ITB, Kamis (7/8/2025).
Profesor di National University of Singapore itu menegaskan, Indonesia tidak bisa hanya mengandalkan material dan pola pikir lama untuk membangun masa depan teknologi. “Negara maju bukan karena teknologinya lebih dulu, tapi karena mereka serius membangun talentanya. Talenta itu tersebar merata di dunia. Yang membedakan hanya kesempatan,” ujarnya.
Novoselov juga menyampaikan bahwa Indonesia tidak perlu meniru mentah-mentah model negara lain untuk mengejar ketertinggalan. Ia menilai Indonesia memiliki potensi besar jika fokus pada riset dan pengembangan SDM secara konsisten.
Selain itu, Novoselov mengkritik ketergantungan dunia pada satu jenis material teknologi seperti silikon. Menurutnya, ketergantungan yang terlalu lama pada satu material membuat inovasi teknologi menjadi lebih kompleks, mahal, dan terbatas.
“Kita terlalu lama bertaruh pada silikon. Akibatnya, teknologinya makin rumit dan biaya produksinya semakin tinggi. Idealnya, kita mulai dari kebutuhan, lalu ciptakan material baru yang sesuai, bukan memaksa material lama untuk terus dipakai,” jelasnya.
Dalam pemaparannya, Novoselov menyoroti era baru material yang disebut “tailored materials” atau material buatan yang dirancang dari nol, bahkan hingga tingkat atom. Material ini memungkinkan diciptakan untuk fungsi tertentu, seperti baterai dari bakteri, kapsul pintar untuk obat, hingga beton yang bisa menyerap karbon dari udara.
“Kita sudah sampai di titik di mana kita bisa mendesain material sesuai kebutuhan, bukan sekadar memakai apa yang ada. Tapi semua itu butuh orang-orang yang bisa berpikir lintas bidang, kreatif, dan punya ruang untuk berkembang,” katanya.
Menanggapi pertanyaan tentang kunci kesuksesan riset, Novoselov memberikan jawaban yang sederhana. “Bekerjalah keras, tetap penasaran, dan cintai apa yang kamu kerjakan. Temuan besar sering lahir dari eksperimen iseng yang dilakukan dengan rasa ingin tahu,” pungkasnya.