Jakarta – Perimenopause, fase transisi alami menuju menopause, menjadi pengalaman universal bagi wanita seiring bertambahnya usia. Proses biologis ini menandai perubahan pada sistem reproduksi wanita.

Kondisi ini umumnya dimulai pada usia 40-an, meskipun waktu kemunculannya dapat bervariasi. Pada fase ini, tubuh wanita secara bertahap mengurangi produksi hormon estrogen dan progesteron, yang mengakibatkan perubahan pada siklus menstruasi.

Meskipun perimenopause adalah kondisi yang normal, penting untuk mengenali tanda-tanda awalnya. Healthline melaporkan, Jumat (27/6/2025), beberapa tanda awal perimenopause yang perlu diwaspadai adalah:

Perubahan Menstruasi

Selama perimenopause, perubahan siklus menstruasi adalah hal yang umum. Siklus menstruasi dapat menjadi lebih pendek atau lebih panjang, dengan aliran darah yang bervariasi. Fluktuasi hormon estrogen dan progesteron menjadi penyebab utama perubahan ini.

Hot Flashes

Hot flashes, sensasi hangat yang tiba-tiba, seringkali muncul selama perimenopause. Sensasi ini umumnya dirasakan di wajah, leher, dan dada. Keringat malam, yaitu hot flashes yang terjadi di malam hari, juga dapat dialami. Perubahan hormonal yang memengaruhi pengaturan suhu tubuh menjadi penyebab gejala ini.

Pola Tidur Berubah

Kesulitan tidur atau mempertahankan tidur dapat terjadi selama perimenopause. Penurunan hormon progesteron dapat menyebabkan insomnia. Keringat malam juga dapat mengganggu kualitas tidur dan menyebabkan ketidaknyamanan.

Perubahan Kesehatan Mental

Fluktuasi hormon dapat memicu perubahan suasana hati yang cepat dan intens. Kemarahan, kecemasan, depresi, dan mudah tersinggung dapat muncul selama masa ini.

Kabut Otak

Beberapa wanita mengalami kesulitan berkonsentrasi atau mengingat sesuatu, yang dikenal sebagai kabut otak. Kondisi ini seringkali bersifat sementara dan dapat disebabkan oleh perubahan pola tidur atau fluktuasi hormon.

Perubahan Libido

Selama perimenopause, fluktuasi gairah seksual dapat terjadi.

Perubahan Vagina

Vagina kering, iritasi, atau tidak nyaman dapat terjadi akibat fluktuasi kadar estrogen. Perubahan jaringan vagina dan saluran kemih juga dapat menyebabkan gejala saluran kemih seperti urgensi atau peningkatan frekuensi infeksi saluran kemih (ISK).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *