Jakarta – Nanas, buah tropis yang kini mudah ditemukan, ternyata pernah menjadi simbol kemewahan di kalangan bangsawan Eropa pada abad ke-17. Kelangkaan dan sulitnya memperoleh buah ini menjadi faktor utama yang mendongkrak harganya.
Francesca Beauman, penulis buku “The Pineapple: King of Fruits” (2005), mengungkapkan, citra mewah nanas berasal dari ketersediaannya yang terbatas. “Buah itu berasal dari negara tropis seperti Amerika Selatan dan tidak tumbuh di Eropa,” ujarnya kepada CNN International.
Beauman menjelaskan, membawa nanas dari Amerika Selatan ke Eropa bukanlah perkara mudah. Biaya yang mahal dan waktu pengiriman yang lama menjadi kendala utama. Selain itu, tidak semua kapal dan perusahaan dagang memiliki rute ke Amerika Selatan.
Wilayah Amerika Selatan pada masa itu masih dianggap sebagai daerah terpencil. Para pedagang lebih memilih rute perdagangan ke wilayah Barat, sehingga dibutuhkan upaya ekstra untuk melintasi Samudera Atlantik yang ganas menuju ke Selatan.
Kondisi ini menyebabkan nanas menjadi barang langka dan sangat mahal di Eropa. Hanya kalangan kaya, seperti raja dan bangsawan Inggris, yang mampu membeli dan mengonsumsi buah tersebut. “Mereka mengeluarkan uang yang tak sedikit untuk bisa makan buah nanas,” imbuh Beauman.
Sebagai solusi, masyarakat Eropa kemudian mencoba membudidayakan nanas sendiri. Mereka membangun rumah kaca khusus yang dilengkapi dengan tungku panas untuk menciptakan suhu ideal bagi pertumbuhan nanas.
Meskipun upaya ini membuahkan hasil, namun tidak sedikit pula yang mengalami kegagalan. Akibatnya, nanas tetap menjadi buah langka dan mahal di Eropa, mempertahankan statusnya sebagai simbol kekayaan.











