Jakarta – Survei LendingTree pada Maret 2025 mengungkapkan bahwa sekitar 67% pasangan pengantin baru mengakui berutang untuk mewujudkan pesta pernikahan impian. Survei ini melibatkan lebih dari 1.000 pengantin pria dan wanita di Amerika Serikat.
Keputusan berutang ini dinilai sebagian orang kurang bijak, mengingat makanan akan habis, bunga layu, namun tagihan tetap harus dibayar. Namun, analis keuangan konsumen LendingTree, Matt Schulz, berpendapat bahwa utang dapat dipandang sebagai investasi jika memberikan nilai pengembalian, meskipun tidak selalu dalam bentuk uang.
“Bagi saya, utang yang baik adalah utang yang memberikan imbal hasil. Dan itu tidak harus berupa keuntungan finansial,” kata Schulz, seperti dikutip CNBC Make It, Selasa (17/6/2025).
Schulz menjelaskan, jika menggelar pernikahan impian adalah prioritas utama, berutang bisa dianggap masuk akal. Kuncinya adalah kehati-hatian dalam prosesnya. Di Indonesia, masyarakat cenderung menggunakan KTA atau kartu kredit untuk menutupi biaya pernikahan, berbeda dengan di Amerika yang memiliki produk *wedding loan*. Pinjaman online juga semakin populer, namun perlu diwaspadai karena bunga yang tinggi dan tenor yang pendek.
Lauren Nowacki, penulis senior di Bankrate, menyarankan agar pasangan mengutamakan dana pribadi. “Cash is king. Jangan meminjam kalau belum benar-benar terdesak,” ujarnya.
Jika terpaksa menggunakan kartu kredit, Nowacki menyarankan untuk memilih yang menawarkan promo bunga 0% selama periode tertentu. “Kalau Anda mencari cara berbiaya rendah untuk membiayai pengeluaran besar, entah itu barang mahal atau acara special penawaran seperti ini sulit untuk ditandingi,” kata Schulz.
KTA dari bank terpercaya juga bisa menjadi alternatif yang lebih aman daripada pinjaman online. Namun, apapun jenis pinjaman yang diambil, perencanaan keuangan pasca pernikahan sangat penting.
Nowacki mengingatkan, “Pernikahan itu hanya satu hari, tapi kehidupan pernikahan dimulai keesokan harinya. Apakah Anda ingin memulai pernikahan dengan utang bersama? Pikirkan rencana masa depan dan bagaimana utang itu akan mempengaruhinya.”











