JAKARTA – Tantangan dalam hubungan bisa semakin rumit ketika pasangan memiliki gaya keterikatan menghindar (avoidant attachment). Kondisi ini membuat seseorang cenderung menarik diri secara emosional dan sulit membentuk kedekatan seiring seriusnya sebuah hubungan. Mengenali tanda-tanda ini dan memahami cara menghadapinya menjadi kunci untuk membangun hubungan yang lebih sehat.
Apa Itu Avoidant Attachment?
Avoidant attachment adalah gaya keterikatan di mana individu cenderung menarik diri secara emosional dalam sebuah hubungan, terutama saat hubungan mulai menuju tahap yang lebih serius. Awalnya, pasangan mungkin terlihat dekat. Namun, seiring berjalannya waktu dan meningkatnya komitmen, mereka dapat merasa terjebak atau terbebani, lalu mulai menjauh.
Penyebab Avoidant Attachment
Penyebab utama gaya keterikatan menghindar ini seringkali berasal dari pengalaman masa kecil. Apabila orang tua atau pengasuh kurang responsif atau tidak tersedia secara emosional, anak akan belajar untuk mengabaikan kebutuhan emosionalnya sendiri.
Akibatnya, saat merasa kesal atau terganggu, mereka cenderung menahan perasaan dan terbiasa mengandalkan diri sendiri. Pola perilaku ini kemudian terbawa hingga dewasa, membentuk avoidant attachment dalam hubungan. Informasi ini dilansir pada Sabtu (22/3/2025).
Menghadapi Pasangan dengan Avoidant Attachment
Untuk membangun hubungan yang lebih sehat dengan pasangan yang memiliki avoidant attachment, beberapa tips berikut dapat diterapkan:
- Berbicara dengan Lembut
- Hindari Memberi Rasa Bersalah (Guilt-Tripping)
- Pastikan Sudah Tenang Saat Berkomunikasi
- Selalu Berpikir Positif
- Ciptakan Rasa Aman
- Jangan Mengkritik Secara Langsung
Komunikasi yang penuh kasih sangat krusial. Hindari nada suara yang keras atau mengkritik. Bicaralah dengan lembut agar pasangan merasa aman dan nyaman untuk mendengarkan.
Jangan mencoba membuat pasangan merasa bersalah atas perasaan atau perilakunya. Fokuslah pada bagaimana Anda merasakan sesuatu, tanpa menuduh atau menyalahkan mereka.
Sebelum membahas masalah, pastikan diri Anda sudah tenang. Ini membantu komunikasi menjadi lebih jernih dan mencegah ketegangan yang tidak perlu.
Berusahalah untuk selalu meyakini bahwa pasangan memiliki niat baik, meskipun terkadang mereka terlihat menghindar. Pandangan positif ini penting untuk menjaga keharmonisan dan saling pengertian dalam hubungan.
Bangun lingkungan yang aman dan mendukung, sehingga pasangan merasa nyaman untuk membuka diri tanpa takut dihakimi atau ditinggalkan.
Saat mengungkapkan perasaan atau ketidaksetujuan, gunakan pernyataan berpusat pada “Saya” (misalnya, “Saya merasa sedih ketika…”) daripada “Anda” (“Anda selalu…”). Pendekatan ini menghindari kesan menyalahkan dan mendorong komunikasi yang lebih terbuka.
Dengan pemahaman yang mendalam tentang gaya keterikatan pasangan dan penerapan langkah-langkah di atas, hubungan dapat berkembang menjadi lebih sehat dan penuh pengertian, meskipun diwarnai berbagai tantangan.










