Jakarta – Kabar baik bagi penderita asam urat, penelitian terbaru mengungkap bahwa faktor genetik memiliki peran lebih besar dalam memicu penyakit radang sendi ini. Temuan ini diharapkan dapat mengubah persepsi masyarakat terhadap penyakit asam urat.

Asam urat atau gout sendiri merupakan kondisi yang disebabkan oleh penumpukan kristal asam urat di sendi, yang mengakibatkan nyeri sendi hebat, kemerahan, bengkak, dan rasa hangat. Kondisi ini paling sering menyerang jempol kaki, namun dapat juga mempengaruhi sendi lain seperti jari kaki, lutut, atau pergelangan kaki.

Riset internasional yang dipublikasikan di Nature Genetics, berhasil mengamati data genetik dari 2,6 juta orang yang terhimpun dalam 13 kelompok data DNA berbeda. Dari jumlah tersebut, 120.295 orang di antaranya adalah pengidap asam urat.

Para ahli kemudian membandingkan kode genetik antara pengidap asam urat dengan mereka yang tidak mengidap penyakit tersebut. Hasilnya menunjukkan bahwa faktor genetika memainkan peran utama dalam menentukan risiko seseorang terkena asam urat, meskipun faktor gaya hidup dan lingkungan tetap memiliki pengaruh.

Epidemiolog dari Universitas Otago di Selandia Baru, Tony Merriman, yang terlibat dalam penelitian tersebut mengatakan, asam urat adalah penyakit kronis yang memiliki dasar genetik dan bukan kesalahan penderitanya. “Mitos bahwa asam urat disebabkan oleh gaya hidup atau pola makan perlu dipatahkan,” katanya.

Merriman menambahkan, mitos yang tersebar luas ini menyebabkan rasa malu pada penderita asam urat, sehingga sebagian orang lebih memilih menahan sakit dan tidak mencari pengobatan.

Asam urat menyerang ketika kadar asam urat dalam darah tinggi, yang kemudian membentuk jarum kristal tajam di persendian. Sistem kekebalan tubuh yang menyerang kristal-kristal ini menyebabkan rasa sakit dan ketidaknyamanan yang signifikan. Secara khusus, genetika memengaruhi kemungkinan sistem kekebalan tubuh menyerang kristal tersebut.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *