Jakarta – Kelas menengah di Indonesia memiliki pola konsumsi unik yang menyeimbangkan antara kebutuhan dasar dan keinginan untuk menikmati gaya hidup, meskipun demikian, pakar keuangan menyarankan agar tetap fokus pada keamanan finansial jangka panjang.

CEO Pineapple Money, Zach Larsen, mengungkapkan pada Jumat (27/6/2025), bahwa kelas menengah seringkali berada di antara pemenuhan kenyamanan hidup dan tuntutan finansial. “Banyak dari mereka berfokus pada rumah yang layak, kendaraan yang andal, dan pendidikan anak. Tabungan pensiun serta asuransi juga jadi prioritas,” kata Larsen.

Laporan Business Insider menunjukkan bahwa mayoritas responden dari kelas menengah berencana menabung jika mendapat pemasukan tambahan. Kelompok berpenghasilan rendah cenderung memilih membayar utang, sementara kelompok kaya lebih suka menginvestasikannya.

Berikut tujuh pembelian yang umumnya dilakukan kelas menengah, namun jarang menjadi pilihan kalangan berada, seperti dilansir dari Yahoo Finance:

Pertama, Cicilan. Pakar keuangan Jacquesdu Toit mengatakan, banyak kelas menengah terbebani utang seperti cicilan rumah, kredit mobil, hingga pinjaman mahasiswa. “Kendaraan mahal, barang mewah, atau kebutuhan non-esensial sering kali dibeli dengan utang,” kata Toit. Berbeda dengan orang kaya yang menggunakan utang untuk membeli aset produktif, kelas menengah kerap membeli barang konsumtif secara kredit.

Kedua, Gadget Terbaru. Kelas menengah kerap membeli produk bermerek non-luxury, misalnya gadget, pakaian, atau peralatan rumah tangga kelas menengah. “Kadang mereka terjebak keinginan untuk selalu mengikuti tren, meski harus berutang,” kata Whaley.

Ketiga, Biaya Pendidikan. Investasi besar dalam pendidikan menjadi prioritas utama bagi kelas menengah, baik untuk sekolah swasta maupun perguruan tinggi. Menurut Rob Whaley dari Horizon Finance Group, pendidikan dianggap sebagai jalan untuk naik kelas sosial dan ekonomi.

Namun Toit mengingatkan, pendidikan juga bisa jadi jebakan jika jalurnya tidak sesuai minat atau prospek kerja. “Misalnya mengambil jurusan seni murni memang mengikuti passion, tapi belum tentu menjamin pendapatan stabil,” katanya.

Keempat, Properti di pinggir kota. CEO Sell Quick California, Marc Afzal menyebut kepemilikan rumah adalah pengeluaran signifikan lainnya. Kelas menengah umumnya membeli rumah di pinggiran kota demi ruang dan kenyamanan, berbeda dengan orang kaya yang punya banyak properti premium dan kalangan bawah yang lebih sering menyewa.

Kelima, Mobil Mahal dengan Cicilan Panjang. Money coach Mary Vallieu mengatakan, banyak keluarga kelas menengah membeli mobil seharga Rp800 juta hingga Rp1 miliar dengan cicilan tujuh atau delapan tahun. Sementara kalangan kaya membeli mobil tunai dan kelompok miskin umumnya memakai mobil bekas atau hibah keluarga.

Keenam, Paket Wisata. Alih-alih liburan eksklusif ala orang kaya, kelas menengah memilih paket wisata yang dianggap hemat tapi tetap memberikan pengalaman. Konser, acara hiburan, dan traveling juga menjadi pengeluaran rutin mereka.

Ketujuh, Peralatan Dapur Mahal. Jake Claver dari Digital Ascension Group mengatakan, kelas menengah cenderung membeli versi lebih baik dari kebutuhan dasar – seperti HP mahal dan alat dapur premium. “Mereka tak selalu memilih barang terbaik, tapi tetap ingin fitur lebih,” ujar Claver.

Toit menekankan pentingnya investasi, membangun bisnis, dan otomatisasi pengelolaan keuangan. “Salah satu kunci membangun kekayaan adalah menyesuaikan belanja dengan nilai dan manfaat jangka panjang,” kata Toit.

“Tujuannya bukan sekadar punya penghasilan, tapi membangun gaya hidup berkelanjutan yang memungkinkan pertumbuhan tanpa tekanan keuangan berlebihan,” imbuhnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *