Jakarta – Mendadak kaya, impian yang seringkali dianggap hanya sebatas angan-angan, ternyata memicu serangkaian perubahan kompleks dalam otak manusia. Ahli saraf dari MIT, Dr. Tara Swart Bieber, mengungkapkan bahwa fenomena ini tidak hanya memengaruhi kondisi finansial, tetapi juga memicu reaksi psikologis yang beragam.

Dr. Bieber menjelaskan, ada tiga tahapan utama yang terjadi di dalam otak ketika seseorang tiba-tiba menjadi kaya. Reaksi-reaksi ini, menurutnya, tidak selalu identik dengan kebahagiaan semata.

Tahap pertama adalah lonjakan kadar dopamin. Saat seseorang mendadak kaya, otak langsung memicu lonjakan dopamin, hormon yang menciptakan rasa senang, puas, dan bersemangat. Itulah mengapa orang yang baru kaya biasanya merasa sangat bahagia.

Namun, euforia ini tidak bertahan lama. Dr. Bieber menjelaskan bahwa manusia memiliki kecenderungan untuk cepat menyesuaikan diri dengan kondisi baru. Fenomena ini disebut “Hedonic Treadmill”, yaitu ketika kebahagiaan kembali ke titik normal meski status finansial melonjak.

Tahap kedua adalah mengalami lima tahap kesedihan. Menjadi kaya mendadak ternyata juga bisa memicu stres emosional. Setelah perasaan bahagia reda, seseorang berpotensi mengalami lima tahap kesedihan, mirip dengan proses berduka, yaitu penolakan, negosiasi, marah, depresi, dan penerimaan.

Penolakan terjadi ketika seseorang awalnya sulit percaya dengan kekayaan baru yang datang tiba-tiba. Negosiasi muncul ketika seseorang mulai mencari cara mengatur uang, tetapi bisa merasa bersalah atau tidak pantas memilikinya. Marah muncul akibat tekanan sosial atau ekspektasi orang lain. Depresi terjadi ketika seseorang merasa terbebani oleh tanggung jawab besar yang datang bersama kekayaan. Terakhir, penerimaan terjadi ketika seseorang akhirnya bisa menerima realitas baru dan beradaptasi dengan status “kaya”.

Tahap ketiga adalah perubahan cara pandang dan hubungan sosial. Kaya mendadak juga berdampak besar pada hubungan sosial. Ketika orang sekitar mengetahui, biasanya muncul permintaan bantuan, ekspektasi tinggi, bahkan hilangnya privasi. Akibatnya, seseorang bisa merasa terisolasi atau sulit percaya pada orang lain.

Dr. Bieber menyebut hal ini sebagai reaksi alami otak yang lebih waspada terhadap lingkungan sosial. Untungnya, otak memiliki kemampuan luar biasa untuk beradaptasi berkat neuroplastisitas.

Untuk mengatasi stres akibat perubahan ini, Dr. Bieber menyarankan beberapa langkah. “Bangun lingkaran kecil orang-orang tepercaya, rutin meditasi dan menulis jurnal untuk membantu pengambilan keputusan, terapkan gaya hidup sehat: olahraga, makan bergizi, istirahat cukup, serta latihan pernapasan dalam,” ujarnya pada Jumat (27/6/2025).

Kaya mendadak bukan hanya soal memiliki lebih banyak uang, tetapi juga tantangan besar bagi kesehatan mental dan sosial. Otak manusia akan mengalami euforia sesaat, fase emosional yang kompleks, hingga perubahan dalam cara memandang lingkungan sekitar.

Agar tidak terjebak dalam stres atau rasa terisolasi, penting untuk mengelola emosi, menjaga kesehatan mental, dan membuat batasan sosial yang sehat. Dengan begitu, kekayaan mendadak bisa benar-benar membawa kebahagiaan jangka panjang, bukan hanya kebingungan sesaat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *