Jakarta – Konsumsi gula berlebihan dapat memicu berbagai masalah kesehatan serius. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mengingatkan masyarakat akan bahaya hiperglikemia, kondisi kelebihan kadar gula darah, yang dapat meningkatkan risiko diabetes dan komplikasinya.

Kemenkes RI telah mengeluarkan rekomendasi batas maksimum konsumsi gula per hari melalui Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 30 Tahun 2013 tentang Pencantuman Informasi Kandungan Gula, Garam, dan Lemak serta Kesehatan untuk Pangan Olahan dan Pangan Siap Saji. Rekomendasi tersebut adalah konsumsi gula sebanyak 10 persen dari total energi, atau setara dengan 200 kkal.

Lantas, apa saja tanda-tanda tubuh mengalami kelebihan gula? Berikut adalah sembilan indikasi yang perlu diwaspadai:

Pertama, sering merasa haus dan buang air kecil. Terlalu sering buang air kecil menandakan ginjal bekerja terlalu keras untuk membuang kelebihan glukosa, seperti dilansir dari Everyday Health.

Kedua, mudah lapar namun berat badan justru menurun. Ahli Diet, Lori Zanini menjelaskan, penderita gula darah tinggi cenderung sering mengalami lapar atau polifagia, namun mengalami penurunan berat badan yang signifikan meskipun banyak makan. “Hal ini disebabkan oleh tubuh yang tidak mendapat energi dari sumber yang diinginkan. Dengan demikian, energi beralih ke otot dan lemak,” katanya beberapa waktu lalu. Zanini menambahkan, saat tubuh mulai memecah otot dan lemak untuk menghasilkan energi, seseorang akan mengalami penurunan berat badan yang tidak sehat. Selain itu, penderita gula darah tinggi juga cenderung sering mengalami lemah otot dan sering terjatuh.

Ketiga, sering kelelahan. Zanini mengatakan, sering merasa lelah adalah salah satu tanda gula darah dalam tubuh tidak terkontrol. “Sederhananya, ketika tubuh tidak memproses insulin dengan baik atau jumlah insulin tidak cukup, gula akan menetap di dalam darah dan tidak masuk ke dalam sel untuk digunakan sebagai energi,” jelasnya.

Keempat, penglihatan buram dan sering sakit kepala. National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases (NIDDK) menyebutkan, kadar gula darah yang tinggi dapat menyebabkan pembengkakan lensa di mata akibat cairan bocor. Pembengkakan lensa tersebut dapat mengubah bentuk lensa sehingga penglihatan buram dan sulit fokus. Selain itu, penderita kadar gula darah tinggi juga akan sering mengalami sakit kepala.

Kelima, luka di kulit sulit sembuh atau menghilang. NIDDK menjelaskan, luka, goresan, hingga memar pada penderita kadar gula darah tinggi akan lambat atau sulit sembuh. Sebab, diabetes yang merusak saraf dapat memengaruhi sirkulasi darah sehingga menunda penyembuhan luka akibat aliran darah tidak cukup. Dalam beberapa kasus, luka ringan pada penderita diabetes lebih rentan terhadap infeksi, yang dapat meningkatkan risiko kaki diamputasi.

Keenam, kaki dan tangan sering kesemutan. Gula darah yang tidak terkontrol dapat menyebabkan kerusakan saraf atau neuropati diabetik. Everyday Health melaporkan, neuropati diabetik tersebut menimbulkan gejala berupa sensasi kesemutan atau bahkan mati rasa di kaki dan tangan. Dalam beberapa kasus, penderita kadar gula tinggi juga sering mengalami nyeri kaki dan tangan, terutama pada malam hari.

Ketujuh, perubahan kulit. American Diabetes Association (ADA) menyatakan, umumnya kulit penderita diabetes akan muncul kutil. Selain itu, sejumlah area kulit, terutama di bagian belakang leher, tangan, ketiak, dan wajah juga akan menebal dan gelap. Zanini mengatakan, perubahan pada kulit tersebut bisa menjadi pertanda dari resistensi insulin dan peringatan kadar gula darah meningkat.

Kedelapan, sering mengalami infeksi jamur. ADA menjelaskan, hiperglikemia dapat membuat para penderita diabetes rentan terkena infeksi jamur di area genital yang disebabkan oleh candida albicans. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) menyebutkan, gejala infeksi jamur pada perempuan umumnya berupa vagina gatal, kemerahan atau nyeri, nyeri saat berhubungan seksual, nyeri saat buang air kecil, dan keputihan yang kental dan tidak normal. Ahli Endokrinologi di MemorialCare South County Kidney and Endocrine Center, Rail Bandukwala mengatakan, meskipun infeksi jamur sering terjadi pada orang yang tidak menderita diabetes, memiliki lebih banyak glukosa dalam darah membuat Anda berisiko lebih tinggi terkena penyakit tersebut. “Ragi memakan glukosa, dan jika gula darah Anda tinggi, maka lebih banyak glukosa di saluran kemih,” jelasnya.

Kesembilan, gusi berdarah. NIDDK menyatakan bahwa penyakit gusi adalah salah satu bagian dari komplikasi diabetes yang membuat diabetes lebih sulit dikendalikan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *